Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Keajaiban Cuci Tangan, Bisa Cegah Penyakit Termasuk Covid-19

Kompas.com - 10/07/2020, 20:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Soegianto Ali

VIRUS corona yang menyebar begitu cepat dan massal di seluruh dunia telah menaikkan popularitas metode cuci tangan sebagai cara mudah mencegah penularan berbagai penyakit infeksi termasuk Covid-19.

Tak hanya saat pandemi, mencuci tangan merupakan salah satu metode pencegahan penularan penyakit “saat normal” seperti diare, yang murah, sederhana, dan efektif.

Manfaatnya juga bisa bisa diukur.

Sebuah riset di kalangan anak kelas 6 sekolah dasar di Bandung menunjukkan mencuci tangan dengan baik mengurangi infeksi bakteri E.coli (karena cemaran tinja) dan menaikkan status gizi pada anak-anak tersebut. Status gizi menjadi lebih baik karena kejadian gangguan saluran cerna dan infeksi saluran napas lebih jarang terjadi.

Di Indonesia, walau mencuci tangan telah dikenalkan sejak pendidikan dini melalui program Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) di sekolah, faktanya masih banyak yang mencuci tangan dengan cara yang kurang baik dan benar. Bahkan banyak juga tidak mempraktikkan mencuci tangan.

Sebuah riset di Kalikedinding Kenjeran Kota Surabaya , dengan sampel 70 orang, menunjukkan pengetahuan mencuci tangan yang baik (74%), belum tentu diikuti dengan perilaku yang baik. Dari sampel itu, yang mencuci tangan memakai sabun dengan langkah-langkah yang benar sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia hanya sekitar 23%.

Karena itu, kita tidak hanya harus menggiatkan cuci tangan, tapi juga perlu mengkampanyekan cara cuci tangan yang benar agar memberikan manfaat yang optimal.

Cara cuci tangan yang benar dan berdampak

Ide mencuci tangan pertama kali dikemukakan oleh Ignaz Philipp Semmelweis, dokter Hungaria, pada pertengahan abad ke-19.

Semmelweis menyarankan dokter-dokter mencuci tangan untuk menekan angka kematian akibat infeksi pada persalinan. Kala itu, setelah para dokter giat mencuci tangan, angka kematian pada pasien yang melahirkan di sana turun dari 13-18% menjadi sekitar 2%. Ini sebuah penurunan kejadian penyakit yang “ajaib”.

Ide tersebut awalnya ditolak oleh banyak orang karena Semmelweis tidak mengkomunikasikan konsep cuci tangan tersebut secara baik. Selain itu keberadaan mikroba baru berhasil dibuktikan dua dekade kemudian oleh Roberth Koch (Jerman) dan Louis Pasteur (Prancis).

Kini, metode mencuci tangan telah diakui efektif untuk membunuh mikroorganisme dan mencegah penyakit menular, tidak hanya penyakit pada saluran cerna, tapi juga penyakit lainnya seperti penyakit kulit dan penyakit saluran napas atas.

Begitu pentingnya mencuci tangan dengan baik dan benar, peraturan dan praktik cuci tangan menjadi salah satu kriteria penilaian dalam proses akreditasi rumah sakit di Indonesia. Pada elemen penilaian dari Standar Keamanan Pasien Sasaran 5, cuci tangan dijadikan parameter untuk mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Dalam kaitan pandemi, Kementerian Kesehatan pada Maret 2020 menerbitkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 yang menganjurkan mencuci tangan untuk mencegah penularan Covid 19, selain penggunaan masker, menjaga jarak fisik dan tidak menyentuh bagian wajah.

Metode pencegahan ini makin relevan karena hingga saat ini belum ditemukan vaksin dan obat-obatan Covid, serta banyaknya orang tanpa gejala (OTG) yang mampu menularkan kepada orang lain di sekitarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com