Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/07/2020, 07:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Virus corona SARS-CoV-2 yang bertanggung jawab atas penyakit Covid-19 ditularkan antar-manusia melalui kontak langsung, tetesan air liur saat batuk atau bersin, dan kemungkinan terbaru menyebar di udara.

Sebagian besar orang yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan gejala. Namun, ada pula pembawa asimptomatik atau orang tanpa gejala (OTG) yang berisiko tinggi menularkan virus ke orang lain.

Asimptomatik berarti seseorang telah terinfeksi virus tapi tidak merasa sakit atau menunjukkan gejala apa pun.

Ini berbeda dari pra-gejala, yang berarti seseorang tidak menunjukkan gejala pada tahap awal penyakit tetapi mengembangkannya nanti.

Bagi seseorang yang tidak menunjukkan gejala, waktu antara infeksi dan timbulnya gejala dapat berkisar dari 1-14 hari.

Baca juga: Studi Corona: OTG Masih Jadi Ancaman Penyebaran Covid-19, Kok Bisa?

Selain berisiko menularkan virus ke orang lain, OTG biasanya pernah melakukan kontak erat dengan kasus positif Covid-19.

Hal ini dikatakan spesialis paru dari RSUP Persahabatan dr. Budhi Antariksa, Sp.P (K), Ph.D.

Menurut pedoman penanganan cepat medis dan kesehatan Masyarakat Covid-19 di Indonesia, kontak erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada di 1 ruangan dalam jarak 1 meter dengan kasus PDP atau Positif Covid-19.

Orang yang melakukan kontak erat antara lain:

  • Petugas kesehatan di tempat perawatan kasus yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar
  • Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus positif Covid-19 dalam 14 hari terakhir
  • Orang yang bepergian bersama dalam radius satu meter menggunakan kendaraan yang sama dalam 14 hari terakhir.

Apakah benar, daya tahan tubuh yang baik menjadi salah satu faktor terinfeksi Covid-19 tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik?

Dokter Budhi mengatakan, ada berbagai pertimbangan yang bisa menjadikan seseorang sebagai OTG.

"Antara daya tahan tubuh yang baik atau virusnya tidak ganas (relatif lemah). Maka dia bisa saja ada (terinfeksi Covid-19), tapi dia tidak memberikan gejala pada inangnya atau manusianya yang dihinggapi (virus)," kata Budhi dalam diskusi online bertajuk Menyiapkan Kehidupan Normal dengan Meningkatkan Daya Tahan Tubuh yang diadakan Imboost, Kamis (9/7/2020).

"Jadi bisa ada dua kemungkinan," imbuh dia.

Budhi pun mengajak kita menengok kondisi Jakarta saat ini dibandingkan dengan bulan Maret.

Budhi menilai, pada awal kasus Covid-19 dikonfirmasi di Indonesia, kebanyakan pasien adalah orang-orang dengan kondisi tidak baik dan rentan terinfeksi virus. Seperti orang yang sudah berusia lanjut, memiliki penyakit komorbit yang melemahkan daya tahan tubuh, dan sebagainya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com