Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Urutan ke-7 Kesiapsiagaan Layanan Kanker di Asia-Pasifik

Kompas.com - 09/07/2020, 17:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia menempati urutan ketujuh perihal kesiapsiagaan terhadap pelayanan kesehatan penyakit kanker di Asia-Pasifik.

Hal tersebut disampaikan dalam laporan terbaru dari The Economist Intelligence Unit (EIU) tentang kesiapsiagaan layanan kesehatan kanker di Asia Pasifik; kemajuan menuju kontrol kanker universal.

Disampaikan oeh editor laporan tersebut, Jesse Qigley Jones bahwa indeksi ini melihat tanggapan yang berbeda terhadap tantangan kanker dan unsur-unsur penting yang diperlukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan wilayah yang tercakup di dalamnya.

Baca juga: Amankah Obat Herbal untuk Pasien Kanker Paru?

Pemeriksaan indeks kesiapsiagaan kanker tersbut dilakukan oleh unit intelijen yang mengukur kesiapan sistem perawatan kesehatan di 10 negara. Antara lain Australia, Cina, India, Indonesia, Jepang, Malatsia, Filipina, Thailand, Korea Selatan dan Vietnam.

Fakta kesiapansiagaan penyakit kanker di Indonesia

Untuk diketahui, jumlah kasus kanker di Asia Pasifik mencapai sekitar 8,8 juta kasus pada tahun 2018. Sebanyak 5,5 juta di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, pada 2017, kanker merupakan penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia.

Indonesia memiliki salah satu pertumbuhan terkuat dalam pengeluaran perawatan kesehatan. Akan tetapi, perihal kesiapan untuk penyakit kanker ternyata Indonesia masih di bawah rata-rata kesiapan regional Asia-Pasifik. Terutama tentang Kebijakan dan Perencanaan, Pemberian Perawatan, dan Sistem Kesehatan dan Tata Kelola.

Baca juga: Seberapa Besar Risiko Terinfeksi Covid-19 bagi Penderita Kanker?

Indonesia memiliki nilai kesiapsiagaan penyakit kanker yaitu 57,4 dari 100, dan hal ini di bawah rata-rata regional yaitu 66,5.

Sementara itu, nilai kesiapsiagaan penyakit kanker tertinggi adalah negara Australia dengan nilai (92,4), Korea Selatan (83,4) dan Malaysia (80,3).

Jesse mengungkapkan Indonesia diakui atas kemajuan signifikan yang dicapai dalam cakupan kesehatan universal (UHC) dengan program Asuransi Kesehatan Nasional seperti JKN.

Tidak hanya itu, pengembangan pedoman klinis berbasis bukti untuk kanker juga membentuk standar kualitas.

Baca juga: Masih Pandemi Corona, Pasien Kanker Payudara Bisa Akses Terapi Pakai Digital

Sementara itu, Indonesia juga telah memiliki pertumbuhan yang kuat dalam pengeluaran pemerintah untuk perawatan kesehatan.

"Tapi, tingkat pengeluaran itu saat ini masih tidak memadai untuk mengatasi penyakit tidak menular, mengingat tingginya prevalensi perokok di negara tersebut," kata Jesse dalam diskusi daring bertajuk "Launch of Index of Cancer Preparedness in Asia-Pacific", Rabu (8/7/2020).

Indonesia perlu prioritaskan deteksi dini kanker

Oleh sebab itu, disarankan kepada negara yang tidak bisa mencapai pemenuhan regulasi dan tata kelola untuk pasien penyakit kanker serta berpenghasilan menengah ke bawah seperti Indonesia, untuk melakukan hal terbaik dalam pencegahan dan deteksi dini kanker.

"Negara-negara berpenghasilan menengah tidak memenuhi keperluan yang disarankan untuk mencapai cakupan kesehatan universal. Pencegahan dan deteksi dini kanker harus di prioritaskan," tegas dia.

Baca juga: Puasa dan Vitamin C Efektif Mengobati Kanker, Studi ini Jelaskan

Jesse menegaskan, hal yang lebih baik dilakukan sambil memprioritaskan kebijakan yang efektif adalah bagaimana pengendalian tembakau dan promosi gaya hidup sehat.

Selain itu, negara harus menutup kesenjangan akses dan memastikan kualitas layanan di seluruh fase kanker melalui infrastruktur dan pasokan layanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com