Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Pes Muncul di China, Dulu Sebabkan ‘Black Death’ yang Tewaskan Jutaan Jiwa

Kompas.com - 07/07/2020, 12:01 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Seorang penggembala di Inner Mongolia, China, positif terinfeksi penyakit pes (bubonic plague). Virus tersebut merupakan penyebab wabah Black Death yang menewaskan jutaan orang pada 1847 – 1351.

Dinas Kesehatan Kota Bayannur menyebutkan virus itu terdeteksi pada penggembala tersebut pada Minggu (5/7) lalu. Mengutip New York Times, Selasa (7/7/2020), ia kini dirawat di rumah sakit dan berada dalam kondisi stabil.

Dinas Kesehatan setempat juga mengeluarkan peringatan level tiga dari empat (dengan peringatan tertinggi pada level 1). Mereka melarang masyarakat untuk berburu, mengonsumsi, atau membawa hewan yang berpotensi memiliki penyakit zoonosis terutama marmut.

Baca juga: Muncul Wabah Pes di China, Warga Mongolia Dilarang Makan Hewan Marmot

Mereka juga menghimbau masyarakat untuk melapor jika menemukan tikus mati di sekitar. Pemerintah Kota Bayannur mengatakan telah melakukan langkah-langkah pencegahan wabah pes sepanjang sisa tahun ini.

November 2019 lalu, pemerintah Kota Beijing melaporkan dua orang dari Inner Mongolia mengidap pneumonia yang disebabkan oleh bakteri yang sama.

Penyebab Black Death

Penyakit tersebut adalah penyebab dari wabah Black Death yang pernah terjadi pada abad pertengahan. Penyakit itu disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang ditransmisikan oleh kutu yang terinfeksi oleh tikus.

Black Death juga disebut sebagai Pestilence atau Great Mortality, dan disebut-sebut menjadi wabah terburuk sepanjang sejarah manusia. Dari tahun 1347 – 1353, diperkirakan 75 – 100 juta nyawa melayang akibat wabah tersebut.

Wabah terakhir yang menakutkan terjadi di London pada 1665, dan menewaskan sekitar seperlima penduduk kota tersebut.

Baca juga: Bagaimana 5 Pandemi Terburuk Dunia Berakhir? Sejarah Mencatat

Pada masa itu, Black Death diprediksi berasal dari Asia Tengah atau Asia Timur di mana bakteri menyebar dari inang (tikus/ marmut) melalui transmisi kutu. Dari dua kawasan tersebut, Black Death traveling melalui Jalur Sutera hingga tiba di Crimea pada 1347.

Dari situ wabah pun menyebar ke kawasan Mediterania, Afrika, Asia bagian Barat, dan beberapa wilayah Eropa antara lain Konstantinopel, Sislilia, dan Italian Peninsula.

Kasus wabah pes telah dilaporkan secara berkala di seluruh dunia. Negara Madagaskar di Afrika menghadapi lebih dari 300 kasus selama wabah pada 2017.

Black Death dan Karantina

Penyakit tersebut dinamakan Black Death karena gejalanya. Salah satu gejala penyakit ini adalah pembusukan pada area tubuh (mayoritas jari), yang membuat kulit menjadi hitam.

Gejala lainnya adlah demam yang berkisar antara 38 – 41 derajat Celcius, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan muntah.

Hingga saat ini belum ada yang mengetahui penyebab berhentinya wabah mematikan ini, namun ilmuwan menyebutkan pasti ada hubungannya dengan karantina.

Baca juga: Pandemi Terburuk Sepanjang Sejarah, Flu Spanyol Infeksi Sepertiga Warga Dunia

Pada saat itu, pemerintah kota pelabuhan Ragusa di Italia melakukan karantina terhadap para pelayar untuk membuktikan bahwa mereka tidak membawa penyakit.

Pada awalnya, para pelayar ditahan di kapal mereka selama 30 hari. Hukum yang berlaku Venesia menamai kondisi ini sebagai trentino. Kemudian, masa isolasi bertambah menjadi 40 hari yang dikenal sebagai quarantine, asal mula kata quarantine dan karantina.

Namun demikian, wabah pes kemungkinan tidak akan menyebabkan epidemi, kata ahli.

"Tidak seperti di abad ke-14, kami sekarang memiliki pemahaman tentang cara penularan penyakit ini," kata Dr Shanti Kappagoda, dokter penyakit menular di Stanford Health Care, kepada situs berita Heathline.

"Kami tahu cara mencegahnya. Kami juga bisa merawat pasien yang terinfeksi dengan antibiotik yang efektif,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com