Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

239 Ahli Sebut Virus Corona Menyebar di Udara, WHO Sangkal Bukti

Kompas.com - 06/07/2020, 13:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Dr Morawska dan lainnya menunjukkan beberapa insiden yang mengindikasikan penularan virus melalui udara, terutama di ruang tertutup dengan ventilasi buruk.

Mereka mengatakan, WHO membuat perbedaan antara aerosol kecil dan percikan yang lebih besar. Padahal yang ditemukan ahli, seseorang dapat terinfeksi corona karena keduanya.

"Sejak 1946, kami tahu bahwa batuk dan berbicara menghasilkan aerosol," kata Linsey Marr, ahli penularan virus melalui udara dari Virginia Tech.

Para ilmuwan belum dapat menumbuhkan virus corona baru dari aerosol di laboratorium. Namun itu tidak berarti aerosol tidak infektif.

"Sebagian besar sampel dalam percobaan tersebut berasal dari kamar rumah sakit dnegan aliran udara yang baik yang akan melemahkan tingkat virus," kata Dr Marr.

Namun sebagian besar gedung tidak dilengkapi ventilasi udara yang baik, sehingga pertukaran udara tidak terjadi.

"Ini yang menimbulkan virus menumpuk di udara dan menimbulkan risiko lebih besar," imbuhnya.

Menurut Dr. Marr, WHO hanya memiliki definisi tunggal dari transmisi udara. WHO meyakini, patogen di udara seperti virus campak, harus sangat menular dan virus bisa menempuh jarak jauh.

Bill Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard T.H Chan School of Public Health menambahkan, banyak orang menganggap remeh penularan virus melalui udara.

Ratusan ahli sepakat bahwa virus corona SARS-CoV-2 adalah patogen pembawa penyakit paling menular ketika orang melakukan kontak berkepanjangan dalam jarak dekat, terutama di dalam ruangan, dan terlebih dalam peristiwa superspreader.

Baca juga: Kalung Antivirus Corona Kementan, Peneliti Di Baliknya Angkat Bicara

Prinsip kehati-hati

Selama pandemi, WHO tampak berselisih dengan kelompok ilmuwan lain.

WHO lambat dalam mendukung pemakaian masker untuk publik. Padahal, organisasi kesehatan lain termasuk Centers for Disease COntrol and Prevention (CDC) AS sejak lama mengakui bahayanya penularan oleh orang tanpa gejala (OTG). Di saat yang sama, WHO masih berpendapat bahwa transmisi asimptomatik jarang terjadi.

Banyak ahli mengatakan WHO harus memisahkan prinsip kehati-hatian dan prioritas kebutuhan. Gagasan bahwa bahkan tanpa bukti definitif, WHO harus memiliki asumsi terburuk dari virus, menerapkan akal sehat, dan merekomendasikan perlindungan terbaik untuk umat manusia.

"Tak ada bukti yang tidak dapat dibantah bahwa SARS-CoV-2 ditransmisikan secara signifikan oleh aerosol," kata Dr. Trish Greenhalgh, seorang dokter perawatan primer di Universitas Oxford di Inggris.

"Jadi saat ini kita harus membuat keputusan dalam menghadapi ketidakpastian, dan itu akan menjadi keputusan yang membawa malapetaka jika kita salah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com