Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setengah Tahun Pandemi Covid-19, Apa Saja yang Sudah Kita Ketahui?

Kompas.com - 01/07/2020, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"Kami (ilmuwan) belajar banyak tentang bagaimana virus corona baru bermanifestasi secara klinis (menyebabkan gejala mulai dari batuk, demam, mual, hingga kehilangan indera pengecapan dan penciuman), epidemiologinya, serta bagaimana penyebarannya," kata Rutherford kepada Live Science.

Selain itu, para ilmuwan pun telah mempelajari bagaimana cara melawan virus SARS-CoV-2.

"Kami juga belajar banyak tentang intervensi non-farmasi untuk mencegah penularan, termasuk pentingnya memakai masker dan menjaga jarak (physical distancing) dengan orang lain," imbuhnya.

Baca juga: Risma Bersujud karena RS Penuh, Meratakan Kurva Covid-19 Mungkinkah Dilakukan?

Vaksin dan pengobatan

Pada awal wabah, dr Anthony Fauci yang merupakan direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular AS berkata bahwa vaksin Covid-19 baru tersedia 12 sampai 18 bulan. Ini merupakan pengembangan vaksin tercepat dari vaksin apapun.

Menurut WHO, saat ini ada 7 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dalam uji klinis.

Vaksin eksperimental Moderna menggunakan RNA untuk memacu tubung meningkatkan respons imun terhadap virus corona.

Teknologi ini belum digunakan dalam vaksin yang disetujui hingga saat ini. Diperkirakan ahli akan memuli uji coba Fase 3 dengan ratusan hingga ribuan orang pada Juli ini.

Sementara itu, para peneliti di Universitas Oxford di Inggris sedang menguji vaksin lain yang dibuat dari virus flu yang melemah dikombinasikan dengan gen virus corona. Mereka berharap bisa mendapatkan dosis pertama pada musim gugur.

Sejumlah perawatan untuk Covid-19 sudah digunakan, meski semua sifatnya pendukung bukan obat utama yang bisa melawan penyakit.

"Saya berharap kita memiliki obat yang lebih baik dari sekarang," kata Rutherford.

Remdesivir dari Gilead Science saat ini adalah satu-satunya obat yang diberi wewenang oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati pasien Covid-19, setelah percobaan klinis menemukan obat itu secara signifikan membantu pemulihan pasien.

Selain itu, dexamethasone atau deksametason baru-baru ini diumumkan dapat mengurangi risiko kematian pada pasien dengan kondisi kritis (yang menggunakan bantuan oksigen atau ventilator). Namun ilmuwan Inggris yang melakukan riset mengingatkan, obat ini tidak efektif untuk pasien Covid-19 dengan tingkat ringan.

"Dalam enam bulan ke depan, mungkin kita mendapat terapi yang jauh lebih baik," kata Rutherford yakin.

Baca juga: CDC Menambahkan 3 Gejala Baru Virus Corona, Salah Satunya Pilek

Saat ini, hampir 1.600 penelitian tentang virus corona sedang dilakukan di seluruh dunia. Beberapa di antaranya menguji potensi vaksin pada manusia.

Kita semua ingin ini segera berakhir

Virus tidak dapat hilang dengan sendirinya. Termasuk dengan cuaca musim kemarau yang lebih panas.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com