Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Padang Panjang Kemarin Malam, Ingatkan Fenomena Kelam 1926

Kompas.com - 01/07/2020, 13:29 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Wilayah Kota Padang Panjang dan sekitarnya pada hari Selasa 30 Juni 2020 pagi dini hari pukul 00.40.08 WIB diguncang gempa tektonik berkekuatan M 4,5 dengan kedalaman dangkal.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamannya, tampak bahwa gempa ini dipicu aktivitas sumber gempa sesar aktif, yaitu Sesar Besar Sumatra, tepatnya pada Segmen Sianok.

Guncangan gempa ini dirasakan di Padang Panjang cukup kuat mencapai skala intensitas III-IV MMI.

Warga yang sedang tidak tidur panik dan berlarian, sementara warga yang sudah tidur ada yang terbangun karena kuatnya guncangan yang terjadi secara tiba-tiba.

Gempa ini juga dirasakan di Bukit Tinggi, Agam, Padang, Padang Pariaman, dan beberapa tempat lainnya di Sumatra Barat.

Meskipun gempa ini tidak sampai menimbulkan kerusakan, tetapi gempa ini mengingatkan kita pada peristiwa gempa merusak Padang Panjang pada 28 Juni 1926. Gempa dengan kekuatan M 7,6 saat itu juga dipicu oleh aktivitas sesar aktif tepatnya pada Segmen Sianok.

Baca juga: Meksiko Diguncang Gempa M 7,5, Ini Pelajaran Penting untuk Indonesia

Catatan kelam gempa Padang Panjang 1926

Daryono, Kepala Bidang Mitigasi dan Gempabumi BMKG mengatakan, gempa yang terjadi tahun 1926 meluluhlantakkan Kota Padang Panjang dan sekitarnya.

Berdasarkan catatan sejarah, diperkirakan fenomena ini menelan korban jiwa sebanyak 354 orang meninggal dunia.

Setelah 3 jam pasca gempa utama (mainshock), muncul guncangan kuat gempa susulan (aftershock) yang juga mengakibatkan kerusakan di sekitar Danau Singkarak.

Tercatat, di Kabupaten Agam sebanyak 472 rumah roboh di 25 lokasi, 57 orang meninggal, dan 16 orang luka berat.

Di Padang Panjang sendiri sebanyak 2.383 rumah roboh dan sebanyak 247 orang meninggal dunia.

"Akibat kuatnya guncangan tanah (ground motion) saat itu, gempa selain merusak banyak bangunan juga memicu terjadinya Seiche di Danau Singkarak," kata Daryono kepada Kompas.com, Rabu (1/7/2020).

Ilustrasi Gempa BumiKOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN Ilustrasi Gempa Bumi

Seiche adalah gelombang berdiri di mana osilasi vertikal terbesar ada di setiap ujung badan air dengan osilasi yang sangat kecil di tengah gelombang.

Gelombang berdiri ini dapat terbentuk di badan air tertutup atau semi tertutup, dari danau besar hingga pada secangkir kopi kecil.

Seiche pada air danau umumnya terjadi saat gempa kuat hingga memicu terjadinya limpasan air danau yang kemudian tumpah ke dataran.

Fenomena Seiche saat gempa 28 Juni 1926 konon cukup dahsyat hingga merusak beberapa bangunan di sekitar Danau Singkarak.

"Sekilas mirip tsunami. Kalau tsunami disebabkan oleh gangguan deformasi secara tiba-tiba di dasar air laut atau danau akibat gempa atau longsoran, seiche diakibatkan karena wadah air atau danaunya yang berguncang kuat," jelas Daryono.

Gempa 28 Juni 1926 adalah catatan gempa terakhir yang paling merusak di Padang Panjang, dan kemarin pagi segmen sesar aktif ini kembali menggeliat.

Bisa berulang lagi

Masyarakat perlu mengetahui bahwa gempa tektonik memiliki periode ulang. Berdasarkan teori, gempa kuat dapat berulang kembali pada sumber gempa yang sama.

"Jika sumber gempanya kredibel, semakin lama periodisitasnya maka gempa yang terjadi akan semakin besar," kata Daryono.

Skenario gempa Padang Panjang. Dari skenario model tampak bahwa Padang Panjang adalah wilayah yang paling dekat dengan pusat gempa, dalam shakemap digambarkan dengan warna kuning kecoklatan yang artinya wilayah ini mengalami guncangan sangat kuat mencapai skala intensitas VII-VIII MMI. Intensitas sebesar ini memiliki diskripsi gempa berdampak merusak bangunan tingkat sedang hingga berat. Sehingga wajar jika gempa 28 Juni 1926 berdampak sangat merusak di Padang Panjang.BMKG/Daryono Skenario gempa Padang Panjang. Dari skenario model tampak bahwa Padang Panjang adalah wilayah yang paling dekat dengan pusat gempa, dalam shakemap digambarkan dengan warna kuning kecoklatan yang artinya wilayah ini mengalami guncangan sangat kuat mencapai skala intensitas VII-VIII MMI. Intensitas sebesar ini memiliki diskripsi gempa berdampak merusak bangunan tingkat sedang hingga berat. Sehingga wajar jika gempa 28 Juni 1926 berdampak sangat merusak di Padang Panjang.

Hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (PusGeN) pada tahun 2017 menunjukkan bahwa Segmen Sianok memiliki magnitudo tertarget M 7,4 dengan laju pergeseran sesar 14 mm per tahun.

Ini artinya Segmen Sianok cukup aktif, memiliki potensi memicu gempa kuat yang patut diwaspadai.

Jika magnitudo tertarget M 7,4 di Segmen Sianok ini kita buat dalam skenario model guncangan (shakemap) maka kita dapat merekonstruksi dampak gempa Padang Panjang pada tahun 1926.

Dari skenario model tampak bahwa Padang Panjang adalah wilayah yang paling dekat dengan pusat gempa, dalam shakemap digambarkan dengan warna kuning kecoklatan yang artinya wilayah ini mengalami guncangan sangat kuat mencapai skala intensitas VII-VIII MMI.

Intensitas sebesar ini memiliki diskripsi gempa berdampak merusak bangunan tingkat sedang hingga berat.

Baca juga: Waspada Sesar Aktif Gempa Bumi di Aceh, Begini Analisis BMKG

Sehingga wajar jika gempa 28 Juni 1926 berdampak sangat merusak di Padang Panjang.

Dampak gempa mencakup wilayah luas di Sumatra Barat, yang ditunjukkan warna kuning yang artinya skala intensitas mencapai VI MMI dimana bangunan sudah dapat mengalami kerusakan.

Wilayah ini mencakup Padang, Tiku, Solok, Sawahlunto, Batusangkar, Payakumbuh, dan Lubuksikaping,

"Skenario model guncangan ini tidak bermaksud menakutnakuti masyarakat, tetapi sebaran dampak gempa berbasis model ini dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya mitigasi bencana gempabumi, khususnya mitigasi struktural dengan membangun bangunan tahan gempa, selain sosialisasi cara selamat saat menghadapi gempa," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com