Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Penyebab Alergi pada Anak, dari Keturunan hingga Lahir Caesar

Kompas.com - 30/06/2020, 11:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anak kecil bahkan bayi baru lahir berpotensi mengembangkan alergi.

Ironisnya, jika alergi pada anak ini tidak segera diatasi, ada berbagai macam risiko bagi kesehatannya.

Alergi pada anak dapat mengganggu sistem kesehatan, berdampak pada tumbuh kembang anak, memengaruhi psikologis dan perekonomian orangtua, keluarga, serta masyarakat.

Lantas apa saja sebenarnya faktor yang dapat meningkatkan risiko alergi pada anak-anak?

Baca juga: Jangan Anggap Enteng Alergi pada Anak, Ini Alasannya

Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof DR dr Budi Setiabudiawan SpA(K), MKes menyebutkan ada banyak faktor yangberperan meningkatkan risiko alergi anak sejak kelahiran.

Di antaranya adalah riwayat alergi pada keluarga, kelahiran caesar, serta pajanan polusi dan asap rokok.

Berikut penjelasannya secara terperinci:

1. Riwayat alergi pada keluarga

Budi menjelaskan, anak dengan alergi cenderung memiliki rangkaian penyakit alergi seiring bertambahnya usia.

"Bahkan diturunkan ke generasi berikutnya," kata Budi dalam diskusi daring bertajuk "Danone Bicara Gizi: Allergy Prevention", Kamis (25/6/2020).

Oleh sebab itu, kata dia, alergi ini penting untuk dideteksi dan dicegah sejak dini dengan menelusuri riwayat alergi keluarga.

Untuk diketahui, risiko alergi berdasarkan turunan riwayat keluarga ini memiliki prevalensi yang berbeda-beda.

Jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi, maka anak Anda memiliki potensi risiko mengalami alergi yang sama dengan presentasi 40-60 persen.

"Tapi kalau kedua orang tua ini memiliki manifestasi sama, maka potensinya 60 sampai 80 persen terjadi pada anaknya," kata dia.

Jika hanya salah satu orang tua saja yang memiliki alergi, maka presentasi kemungkinan anak mengalami alergi turun menjadi 20-40 persen.

Selain itu, jika orangtua memiliki riwayat alergi akan sesuatu, si kecil juga memiliki kemungkinan 25-30 persen mengembangkan alergi yang sama.

Sedangkan, jika kedua orang tua tidak memiliki alergi sama sekali, maka risiko alergi pada anak hanya 5-15 persen.

Ilustrasi bayi baru lahir.Shutterstock Ilustrasi bayi baru lahir.

2. Kelahiran caesar

Persalinan caesar atau sectio juga dapat meningkatkan risiko alergi pada anak.

Dijelaskan Budi, kondisi organ anak kecil dalam hal ini adalah bayi ketika lahir masih dalam fase belum begitu optimal atau stabil seperti orang dewasa.

Pasalnya, bayi membutuhkan bakteri baik terutama di usus dalam mekanisme metabolisme tubuh.

"(Tapi) kelahiran caesar menyebabkan penundaan perkembangan bakteri baik di dalam usus (bayi)," kata Budi.

Oleh sebab itu, akan terjadi perubahan perkembangan sistem daya tahan tubuh anak tersebut, dan imunitas yang terganggu ini jugalah yang dapat meningkatkan risiko penyakit alergi.

3. Pajanan asap rokok dan polusi udara

Seperti diketahui, pajanan asap rokok dan polusi udara memberikan dampak buruk pada kesehatan manusia.

Gambar udara pusat kota Palangkaraya. Menurut AirVisual.com, polusi udara di kota itu 20 kali lipat di bawah ambang batas normal. dok BBC Indonesia Gambar udara pusat kota Palangkaraya. Menurut AirVisual.com, polusi udara di kota itu 20 kali lipat di bawah ambang batas normal.

Orang dewasa, manula, remaja dan juga anak kecil hingga bayi juga tidak luput dari risiko potensi berbagai penyakit yang dipicu asap rokok dan polusi udara ini, termasuk penyakit alergi.

Budi berkata, asap rokok dan polutan lingkungan memiliki bahan kimia beracun. Di antaranya seperti nikotin, karbon monoksida dan juga karsinogen.

Faktor risiko lainnya

Selain tiga faktor yang telah dijelaskan oleh Budi, ada beberapa faktor lain yang meingkatkan risiko penyakit alergi pada anak-anak.

Di antaranya sebagai berikut:

  • Kurang paparan sinar matahari
  • Kolonisasi flora abnormal usus
  • Pengenalan makanan pada secara dini sebelum usia 3-4 bulan
  • Susu formula
  • Diet rendah n-3 PUFA, antioksidan dan serat
  • Pengenalan makanan padat yang tertunda
  • Defisiensi vitamin D

Baca juga: Anak Alergi Sejak Kecil? Kenali Dampak Kesehatan sampai Psikologisnya

Budi mengingatkan, jika anak Anda memiliki reaksi yang berlebih secara fisik terhadap suatu makanan atau benda asing di sekitarnya, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat dan sesuai agar dampak buruk penyakit alergi itu tidak berkelanjutan.

Sebab, pada kondisi yang buruk, penyakit alergi ini bisa berdampak pada penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif antara lain obesitas, sakit jantung, hipertensi, dermatitis atopik, asma, eksim, rinitis dan lain sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com