Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danau Penuh Bahan Beracun, Penyebab Kehancuran Peradaban Kuno Maya

Kompas.com - 28/06/2020, 19:30 WIB
Monika Novena,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Meski sudah lama hilang, peradaban suku Maya masih tetap menjadi bahan penelitian yang menarik bagi para arkeolog. Salah satu hal yang terus digali tentu saja adalah teka-teki penyebab runtuhnya peradaban kuno tersebut.

Ada bermacam versi yang menyebut mengapa peradaban Maya punah. Namun kini, melansir Phys, Jumat (26/6/2020) peneliti dari University of Cincinnati kembali menemukan bukti baru yang dapat menjadi teori baru terkait runtuhnya peradaban Maya.

Dalam penelitiannya, tim peneliti mengungkap bahwa dua danau yang terletak di Tikal, pusat kota peradaban Maya kuno tercemar dengan merkuri serta ganggang beracun sehingga air kemungkinan besar tidak bisa diminum.

Baca juga: Tersembunyi Ribuan Tahun, Monumen Suku Maya Terbesar dan Tertua Ditemukan

Danau-danau ini merupakan sumber penghidupan bagi penduduk setempat. Praktis, ketika air tak bisa diminum akan membuat penghuni kota meninggalkannya.

Berdasarkan analisis geokimia, peneliti menemukan kalau merkuri beracun berasal dari pigmen yang digunakan orang-orang Maya untuk menghiasi bangunan dan barang-barang lainnya.

Pigmen tersebut berasal dari cinnabar, mineral berwarna merah yang ditambang oleh orang Maya dari gunung berapi terdekat yang dikenal sebagai formasi Todos Santos.

Selama hujan badai, merkuri kemudian luntur dan larut ke dalam waduk dan mengendap di lapisan sedimen selama bertahun-tahun.

Selain itu juga, dalam sampel sedimen dari dua danau yang telah diambil, peneliti juga menemukan bukti adanya alga beracun yang disebut dengan cyanobacteria. Mengkonsumsi air ini, terutama selama kekeringan akan membuat orang sakit meski telah direbus.

"Kami menemukan dua jenis ganggang biru-hijau yang menghasilkan bahan kimia beracun. Hal buruknya, kandungan kimiannya tak terpengaruh mesti telah direbus. Ini membuat air di danau beracun untuk diminum," kata David Lentz, peneliti dari University of Cincinnati.

Baca juga: 2.500 Tahun Lalu Suku Maya Pakai Pemandian Air Panas Ini untuk Ritual

Meski temuan ini menjadi referensi anyar soal runtuhnya peradaban Maya, Lentz tak menampik kalau iklim juga punya peran besar dalam menghancurkan peradaban.

"Musim kemarau terjadi berkepanjangan, kering dan hampir tak ada curah hujan. Jadi mereka kesulitan menemukan air," tambah Lentz.

Masih banyak hal yang belum tergali dari peradaban Maya, tim peneliti pun berencana untuk kembali untuk mendapatkan lebih banyak jawaban dari periode peradaban manusia ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber PHYSORG
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com