Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Mengapa Orang Indonesia Percaya Rahasia Sukses adalah Ikhtiar?

Kompas.com - 28/06/2020, 12:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Senza Arsendy

Masyarakat Indonesia cenderung menganggap bahwa kerja keras lebih penting dibandingkan latar belakang ekonomi keluarga dalam menentukan kesuksesan seseorang.

Keberhasilan sebagian kecil kelompok miskin untuk keluar dari keterbatasan kerap menjadi dasar pandangan ini.

Keyakinan ini biasa disebut sebagai kepercayaan meritokrasi; kesuksesan didefinisikan sebagai buah dari kerja keras dan bakat, bukan karena modal kelas sosial yang lebih tinggi.
Keyakinan masyarakat Indonesia bahwa kesuksesan terutama adalah hasil kerja keras tetap terlihat dominan meskipun bukti-bukti ilmiah menyatakan sebaliknya.

Penelitian saya pada 2017 menunjukkan bahwa faktor keluarga memainkan peranan sangat penting pada masa depan anak.

Lebih lanjut, penelitian terbaru lembaga riset SMERU Institute menunjukkan bahwa anak yang lahir dari keluarga miskin cenderung tetap berpenghasilan rendah ketika mereka dewasa.

Keyakinan masyarakat pada pentingnya kerja keras disebabkan oleh kesalahan persepsi pada ketimpangan ekonomi, jarak antara kelas sosial, dan minat pada topik terkait motivasi. Menurut saya ini berbahaya.

Mengapa anggapan ini bertahan?

Ada beberapa kemungkinan penjelasan di balik keyakinan ini.

Pertama, masyarakat Indonesia memiliki persepsi yang tidak tepat terhadap ketimpangan yang terjadi di Indonesia.

Analisis yang dilakukan oleh World Bank menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menganggap ketimpangan yang ada tidaklah selebar ketimpangan yang sebenarnya.

Mispersepsi ini mendorong masyarakat untuk menganggap bahwa kesempatan untuk sukses terdistribusi lebih merata dibandingkan dengan kenyataan yang ada.

Ketika setiap orang dianggap memiliki kesempatan yang sama, maka wajar bila kerja keras dianggap menjadi faktor penentu kesuksesan.

Kedua, ketimpangan yang relatif tinggi antar kelompok sosial menciptakan sekat-sekat.
Di Indonesia, kelompok menengah-atas tinggal dan bersekolah di tempat yang berbeda dari kelompok pra-sejahtera. Perbedaan ini berpotensi membuat masyarakat lebih banyak berinteraksi dengan kelompoknya saja.

Hidup di wilayah yang relatif homogen di tengah ketimpangan cenderung membuat masyarakat menganggap bahwa kesuksesan terjadi karena faktor merit yaitu kerja keras dan bakat.

Ketiga, masyarakat cenderung memiliki minat tinggi pada hal-hal terkait motivasi, termasuk teori psikologi popular, misalnya grit dan growth mindset.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com