Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Penyakit Autoimun Meningkat Drastis, Apa Pemicunya?

Kompas.com - 21/06/2020, 13:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Selain itu, bayi ini juga diberi makanan yang steril, bukan air susu ibu yang juga mengandung banyak khasiat.

“Dalam jangka panjang, kondisi steril suatu waktu akan memicu kebingungan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya sistem kekebalan memicu proses peradangan pada tubuh sendiri," papar Radke yang juga dokter anak.

Selain itu, sekarang ini makin banyak bahan makanan yang awet dan tahan lama, dengan cara membunuh bakteri.

Karena itu, banyak anak-anak yang sistem kekebalannya tidak berfungsi dan melakukan apa yang seharusnya, yakni melindungi tubuh dari bibit penyakit dan penyusup.

Mengapa sistem kekebalan menyerang tubuh?

Para ilmuwan hingga kini masih belum mampu menjelaskan secara rinci, mengapa fenomena itu terjadi.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, mereka menyimpulkan, faktor genetika memainkan peranan penting bagi munculnya penyakit autoimun.

Faktor penting lainnya adalah lingkungan yang kini dipenuhi banyak unsur kimia buatan manusia.

Selain itu komposisi flora usus, juga memengaruhi munculnya sejumlah penyakit autoimun. Faktor makanan memengaruhi komposisi flora usus ini.

Kebiasaan merokok, kekurangan vitamin D akibat kurangnya paparan sinar matahari, dan faktor hormonal juga masuk dalam daftar pemicu penyakt autoimun. Menurut para imuwan, faktor stres juga tidak boleh diremehkan.

Baca juga: Ashanty Pantang Makan Nasi karena Idap Autoimun, Apa Kata Dokter?

Tidak bisa disembuhkan

Para dokter dan ilmuwan juga menyebutkan, hingga kini mereka belum dapat menyembuhkan penyakit autoimun. Namun, para dokter kini sudah bisa mengendalikan gejalanya dengan lebih baik.

Dokter biasanya memberikan kortison untuk meredam proses peradangan. Atau memberikan interferon untuk menekan sistem kekebalan tubuh agar tidak bereaksi berlebihan.

Terapi sel punca saat ini sedang diuji di AS, namun disebutkan itu merupakan cara terakhir untuk mengatasi penyakit autoimun. Dengan metode ini, sistem kekebalan tubuh "dibangun“ ulang dan ingatan imunologi tubuh dihapus.

Metode ini mengandung risiko cukup besar, karena bersamaan dengan itu harus dilakukan kemoterapi, yang berarti kekebalan tubuh pasien ditekan ke tingat nol. Ini diperlukan agar tubuh pasien membangun sistem kekebalan baru dengan bantuan sel punya yang dicangkokan.

Metode ini merupakan cara terakhir mengatasi penyakit autoimun dan tidak diperbolehkan di banyak negara. Pasalnya pasien menghadapi risiko sangat tinggi hingga risiko kematian, tanpa ada jaminan penyakitnya bisa sembuh atau kambuh kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com