Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gen Kurus Ditemukan, Potensi Terapi Baru Atasi Obesitas di Masa Depan

Kompas.com - 07/06/2020, 13:01 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Pernahkan Anda mencermati, ada beberapa orang di luar sana tetap langsing meski mereka makan dengan porsi yang cukup banyak. Sementara lainnya, memerlukan usaha ektra untuk menjaga apa saja yang mereka konsumsi supaya berat badan tak bertambah.

Ternyata, menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Cell, hal tersebut ada hubungannya dengan gen tertentu yang mampu menjaga kenaikan berat badan dan membuat badan beberapa orang tetap kurus.

Kini, ilmuwan berhasil mengidentifikasi gen tersebut setelah melakukan serangkain penelitian.

Baca juga: Sains Diet: Jika Ingin Turunkan Berat Badan, Lebih Baik Sarapan Tidak?

"Ada sekitar satu persen orang-orang seperti ini dalam populasi. Mereka bisa makan banyak, tanpa olah raga namun berat badan tak bertambah," kata Josef Penninger, peneliti dari University of British Colombia seperti dikutip dari CNN, Sabtu (6/6/2020).

Penelitian dilakukan dengan melihat data dari Biobank Estonia yang mencakup 47102 orang berusia 20 hingga 44 tahun.

Tim kemudian membandingkan sampel DNA dengan data klinis individu kurus yang sehat dan individu dengan berat badan normal.

Hasilnya, peneliti menemukan varian genetik yang unik pada individu kurus yang dikenal sebagai gen ALK.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Sebelumnya, ilmuwan telah mengetahui bahwa gen ALK sering bermutasi pada berbagai jenis kanker dan mendapatkan reputasi sebagai gen yang mendorong perkembangan tumor.

Namun temuan baru ini menunjukkan bahwa gen ALK berperan sebagai gen kurus yang dapat berfungsi mencegah penambahan berat badan.

Baca juga: Ternyata Obesitas Merupakan Bentuk Penuaan Dini

Untuk menguji temuan ini, para ilmuwan kemudian melakukan percobaan pada lalat dan tikus. Peneliti melakukan percobaan dengan cara menghapus gen ALK pada tikus dan lalat.

Setelah dilakukan percobaan, mereka menemukan lalat dan tikus tanpa gen ALK tetap kurus dan bebas dari obesitas meski memiliki kesamaan makanan maupun aktifitas dengan tikus normal.

"Kami memberi tikus McDonald. Tikus normal menjadi gemuk dan tikus tanpa ALK tetap kurus," ungkap Penninger.

Studi juga menunjukkan jika gen ALK berperan dalam menginstruksikan jaringan lemak untuk membakar lebih banyak lemak dari makanan.

Temuan ini pun dapat memberikan kemungkinan terapi baru dalam melawan obesitas di masa depan.

Namun tentu saja perlu penelitian lebih lanjut apakah terapi untuk mengurangi fungsi ALK ini bisa dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com