KOMPAS.com- Adanya potensi gelombang tinggi di Perairan Utara Jawa, masyarakat diminta untuk waspada bencana lanjutan dari dampak tersebut, yaitu banjir pesisir atau rob.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terhadap potensi gelombang tinggi dan banjir rob ini berdasarkan evaluasi limpasan air laut pada pekan akhir bulan Mei 2020.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Drs Herizal Msi mengungkapkan pada pekan terakhir bulan Mei, wilayah pesisir barat Sumatera bagian selatan dan pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur terdampak limpasan air laut yang masuk ke daratan (banjir pesisir atau rob).
Apa penyebab banjir rob di awal Juni ini?
Baca juga: BMKG: Waspada Potensi Banjir Rob di Sejumlah Wilayah Indonesia, Ini Daftarnya...
Herizal mengatakan rob ini secara signifikan dapat dipicu oleh berbagai faktor kondisi atmosfer, dan membuat kondisi pasang air laut menjadi lebih tinggi.
"Pada awal Juni ini, potensi rob diperkirakan akan kembali terjadi khususnya untuk Perairan Utara Jawa," kata Herizal dalam keterangan tertulisnya.
Berikut penjelasan Herizal terkait faktor-faktor pemicu potensi banjir pesisir atau rob.
Baca juga: Waspada Banjir, Ini Wilayah Berpotensi Hujan Lebat hingga Sabtu
1. Kombinasi pasang air laut
Limpasan air laut yang masuk ke daratan ini bisa dipicu oleh kombinasi antara periode pasang air laut akibat pengaruh fase bulan mati bersamaan dengan adanya rambatan gelombang tinggi dari Samudera Hindia.
2. Fase bulan purnama
Akibat dari fenomena langit berupa fase bulan purnama atau full moon (spring tide), juga dapat membuat kondisi pasang air laut yang cukup tinggi di beberapa wilayah Indonesia.
Pengaruh dari fase bulan purnama ini merupakan faktor astronomis penyebab pasang laut tinggi.