KOMPAS.com - Obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi virus ebola, remdesivir, kembali memberi bukti manfaat terhadap terapi pengobatan untuk pandemi virus yang mewabah saat ini.
Melansir CNN, Selasa (2/6/2020), Gilead Sciences, perusahaan pembuat obat remdesivir ini mengumumkan dalam sebuah pernyataan, obat antivirus tersebut mempercepat pemulihan pada pasien yang Covid-19 sedang.
Hasil uji klinis Fase III pada obat memang belum dipublikasikan dalam jurnal medis peer-review, namun perusahaan ini menyatakan akan mengirimkan hasil uji klinis tersebut secara lengkap untuk dipublikasikan beberapa minggu ke depan.
"Dengan data terbaru yang diumumkan (Senin), kami sekarang memiliki tiga uji klinis secara acak yang menunjukkan remdesivir meningkatkan hasil klinis dengan beberapa langkah berbeda," kata Dr. Merdad Parsey, kepala petugas medis Gilead Sciences.
Baca juga: Studi Awal Remdesivir, Hasilnya Menjanjikan untuk Pasien Corona
Seperti diketahui, perusahaan ini awalnya mempelajari remdesivir sebagai pengobatan potensial untuk penyakit yang disebabkan oleh virus ebola.
Akan tetapi, melalui percobaan di laboratorium, obat ini kemudian memungkinkan untuk digunakan terhadap virus corona.
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat belum menyetujui pengobatan apapun untuk menangani Covid-19.
Baca juga: Ebola Kembali Muncul di Kongo, Virus Apa Itu dan Bagaimana Penyebarannya?
Akan tetapi pada awal Mei, FDA mengeluarkan izin penggunaan darurat remdesivir untuk digunakan pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dengan sakit parah.
Sementara di Jepang, penggunaan remdesivir untuk mengobati penyakit dari virus SARS-CoV-2 juga disetujui, tetapi dianggap sebagai pengobatan yang diteliti untuk Covid-19 di belahan dunia yang lain.
"Denan adanya data tambahan yang kami miliki, kami akan terus mengejar peluang penelitian untuk mengevaluasi hasil pengobatan terhadap pasien dan kemungkinan potensi baik dari penggunakan remdesivir ini," imbuh Parsey.
Termasuk di antaranya memperpanjang perawatan lebih awal. Parsey menambahkan perlunya studi kombinasi dengan terapi lain bagi pasien dengan Covid-19 parah, serta studi pediatrik dan pengembangan formulasi alternatif dari obat ini.