Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Program Imunisasi Terganggu Covid-19, 80 Juta Anak di Dunia Terancam

Kompas.com - 25/05/2020, 18:32 WIB
Yohana Artha Uly,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan PBB untuk masalah anak-anak (UNICEF) menyebut, kebijakan pembatasan wilayah (lockdown) akibat pandemi Covid-19 membuat nyawa 80 juta anak di dunia terancam karena program imunisasi rutin tak lagi berjalan.

PBB bersama Aliansi Vaksin Dunia, GAVI, telah memperingatkan bahwa pandemi sangat menganggu program vaksinisasi di puluhan negara.

Ini membuka jalan timbulnya penyakit-penyakit mematikan yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi rutin.

"Covid-19 melemahkan layanan imunisasi, yang sebenarnya berpotensi menyelamatkan jiwa di seluruh dunia. Puluhan juta anak, baik di negara maju dan miskin, berisiko terkena penyakit mematikan seperti difteri, campak, dan pneumonia," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dilansir dari Science Alert, Senin (25/5/2020).

Menurutnya, meskipun dunia saat ini tengah sibuk mencari vaksin yang aman dan efektif untuk SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, tapi vaksin untuk beragam virus yang telah lebih dulu ditemukan tetap perlu diberikan pada anak-anak.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Dari Vaksinasi Virus di Peternakan Sapi, Ide Imunisasi Berkembang

Analisis awal menunjukkan bahwa penyediaan layanan imunisasi rutin secara substansial terhambat setidaknya di 68 negara.

"Ini kemungkinan akan mempengaruhi sekitar 80 juta anak di bawah usia satu tahun yang tinggal di negara-negara tersebut," kata Tedros.

Sementara itu, para ahli mengatakan sangat penting untuk mempertahankan program vaksinasi rutin di negara-negara miskin, karena jaringan itu pula yang nantinya digunakan untuk mendistribusikan vaksin Covid-19, jika sudah ditemukan.

Perlu Solusi Inovatif

UNICEF mencatat kampanye vaksinisasi campak telah ditunda sementara di 27 negara, begitupula dengan kampanye vaksinisasi polio di 38 negara.

Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore mengatakan, banyak negara harus menangguhkan kampanye vaksinasi karena aturan menjaga jarak secara fisik.

Orangtua juga tak bisa membawa anaknya melakukan imunisasi karena adanya pembatasan wilayah.

Ilustrasi vaksin polio oralShutterstock/frank60 Ilustrasi vaksin polio oral

Sementara beberapa pusat kesehatan tengah kewalahan karena menangani persoalan yang disebabkan virus corona baru. Petugas kesehatan pun banyak yang dikerahkan untuk merawat pasien Covid-19.

Baca juga: Tak Perlu Lagi Ragu dengan Imunisasi

Oleh sebab itu, setiap negara perlu meningkatkan upaya untuk bisa melacak anak-anak yang belum divaksinasi. Juga menemukan solusi inovatif, seperti yang dilakukan Laos dengan melakukan imunisasi pada anak-anak di supermarket.

Kepala GAVI Seth Berkley mengatakan, setiap negara harus melakukan segala hal yang bisa dilakukan untuk memastikan program imunisasi bisa terus berjalan.

Menurutnya, hal ini harus menjadi pembicaraan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) untuk Vaksin Global secara daring pada 4 Juni 2020 mendatang.

"Jika kita mengabaikan kegiatan rutin dan penggunaan infrastruktur imunisasi yang semestinya terus berjalan, maka kita juga berisiko merusak kemampuan kita membagikan vaksin Covid-19 untuk mengalahkan pandemi ini, ketika nantinya vaksin itu tersedia," katanya.

Sekedar diketahu, saat ini Covid-19 sendiri telah menginfeksi lebih dari 5,5 juta orang di 196 negara dengan sedikitnya 346 ribu orang meninggal, usai pertama kali ditemukan di Wuhan, China, pada akhir 2019 lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com