Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Sebut Virus Corona Lakukan Silaturahim Genetik, Apa Maksudnya?

Kompas.com - 22/05/2020, 19:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Virus corona 100 persen secara alami berasal dari alam.

Virus corona SARS-CoV-2 awalnya merupakan penyakit zoonotik, penularan dari hewan ke manusia. Pada perkembangannya, virus ini bermutasi bisa menular antar-manusia.

Terkait dengan penularan virus corona ini, ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Rusdan Handoyo Utomo mengatakan bahwa virus corona melakukan silaturahim genetik. Apa itu?

"Penjelasan yang lebih mudah dan lebih visible, kalau menurut bahasa saya ya, ada silaturahim genetik pada virus corona," kata Ahmad dihubungi Kompas.com, Rabu (20/5/2020).

Baca juga: Alasan Mendasar Kenapa Virus Corona Covid-19 Bukan Buatan Manusia

Silaturahim genetik terjadi karena satwa liar saling berinteraksi.

Sebagai contoh, kelelawar mengeluarkan sekresi dan ekskresinya di tanah.

Sekresi adalah proses pengeluaran zat yang dilakukan kelenjar yang masih digunakan oleh tubuh, zat yang dikeluarkan biasanya berupa enzim hormon.

Ekskresi adalah proses pembuangan sisa metabolisme dan zat sisa tidak berguna pada makhluk hidup. Hal ini meliputi pembuangan karbon dioksida, urea, dan racun.

Saat kelelawar mengeluarkan sekresi dan ekskresinya di tanah, kemudian trenggiling lewat.

Karena trenggiling tidak dapat mencuci tangan dan kaki, sekresi dan ekskresi kelelawar yang mengandung virus bisa masuk tubuh trenggiling melalui hidung.

"Trenggiling kan punya virus (corona) sendiri, nah kemudian ada virus (corona) asing dari kelelawar masuk (ke tubuh trenggiling). Berarti, di inang ini dapat mempertemukan dua macam virus," kata Ahmad.

"Jadi, virus corona trenggiling yang memliki gen spike unik bertemu dengan virus corona kelelawar yang nantinya bisa menginfeksi manusia. Ada swabing dan terjadi genetik rekombinasi," jelasnya.

Dari sinilah kemudian muncul pertanyaan besar, sebenarnya inang siapa yang mempertemukan virus dari kelelawar dan trenggiling.

"Kalau inang trenggiling enggak mungkin, karena kemiripan dengan SARS-CoV-2 hanya dari sisi spikenya saja (bentuk yang mirip paku pada virus corona)," kata Ahmad.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com