Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

New Normal, LIPI: Harus Terima Realita Hidup Berdampingan Covid-19

Kompas.com - 18/05/2020, 16:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sudah lebih dari 4,8 juta orang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia sejak virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan pada akhir tahun lalu.

Di Indonesia, sampai saat ini sudah lebih dari 17.000 orang yang terinfeksi.

Baca juga: Update Corona 18 Mei: 4,8 Juta Orang Terinfeksi dan 1,8 Juta Sembuh

Pandemi global Covid-19 menuntut dunia untuk memasuki fase new normal. Kehidupan dengan aktivitas normal yang dilakukan berdasarkan protokol Covid-19, hingga obat vaksin ditemukan dan imunisasi dilakukan.

Masyarakat tetap wajib memakai masker di semua lokasi dan kondisi, jaga jarak di semua aktivitas, menjaga kebersihan, serta sterilisasi aneka benda yang dipertukarkan.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Laksana Tri Handoko menyatakan, vaksin belum akan tersedia setidaknya sampai dengan akhir 2021. Program imunisasi juga memerlukan waktu yang cukup lama yaitu sekitar dua tahun untuk seluruh populasi.

Seorang petugas mengecek suhu tubuh pengunjung yang akan menginap di Fizz Hotel di Mataram, Lombok, NTB, Selasa (21/4/2020). Di tengah pandemi virus corona, Fizz Hotel bekerja sama dengan rumah sakit Unram menyediakan paket isolasi mandiri selama 14 hari  seharga Rp7 juta dengan layanan lengkap seperti layanan medis, rapid tes sebanyak dua kali dan layanan makanan yang bergizi.ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI Seorang petugas mengecek suhu tubuh pengunjung yang akan menginap di Fizz Hotel di Mataram, Lombok, NTB, Selasa (21/4/2020). Di tengah pandemi virus corona, Fizz Hotel bekerja sama dengan rumah sakit Unram menyediakan paket isolasi mandiri selama 14 hari seharga Rp7 juta dengan layanan lengkap seperti layanan medis, rapid tes sebanyak dua kali dan layanan makanan yang bergizi.

Di sisi lain, penutupan wilayah akibat pandemi Covid-19 juga tak bisa terus dilakukan dalam jangka waktu yang panjang karena akan menghancurkan perekonomian. Masyarakat perlu kembali melakukan aktivitas agar roda perekonomian kembali bergerak.

"Jadi menerima realita bahwa masyarakat harus hidup berdampingan dengan SARS-CoV-2 (virus corona penyebab Covid-19) sampai vaksin ditemukan dan imunisasi massal dilakukan," kata Laksana dalam webinar Covid-19, Peneliti, dan Dokter, Senin (18/5/2020).

Baca juga: Saran Dokter Jiwa untuk Menerima The New Normal Usai Pandemi Covid-19

Menurutnya, untuk bisa menerapkan fase new normal, Indonesia perlu lebih dahulu melakukan kontrol dan mitigasi yang terukur serta berbasis data. Hal itu dilakukan dengan rapid test dan PCR test yang secara masif.

Skrining massal dengan rapid test dilakukan di tempat-tempat mobilitas publik seperti terminal dan bandara.

Sementara uji PCR massal dilakukan di lokasi kerumunan permanen, seperti pada tenaga medis di rumah sakit, pengajar dan pelajar di sekolah dan kampus, karyawan di kantor, hingga pekerja di pabrik.

Seorang warga tengah mengikuti rapid test di Klinik Utama Pupuk Kujang, Minggu (17/5/2020).KOMPAS.COM/FARIDA Seorang warga tengah mengikuti rapid test di Klinik Utama Pupuk Kujang, Minggu (17/5/2020).

Dengan tes yang masif tersebut maka diketahui data mengenai ODP, PDP, dan pasien positif sehingga bisa segera dilakukan penanganan yang akurat dan terukur. Pada akhirnya, sektor-sektor pun bisa kembali digerakkan.

"Jadi enggak semua orang harus berdiam di rumah dalam jangka waktu yang kita enggak tahu kapan berakhirnya," ujarnya.

Laksana menyebutkan, dalam menerapkan new normal perlu dibentuk tim pakar di setiap sektor untuk bisa menerapkan protokol Covid-19 atau panduan praktis yang mendetail dan tepat diberlakukan di sektor tersebut.

"Jadi harus terapkan protokol atau panduan praktis seperti di sekolah, terminal, bandara, dengan segala konsekuensinya," katanya.

Baca juga: 5 Langkah Persiapkan New Normal Jika Corona di Indonesia Berakhir

Laksana mencontohkan seperti di sekolah, sebelum kegiatan belajar-mengajar kembali dijalankan usai beberapa bulan diliburkan. Menurutnya setiap siswa perlu dilakukan tes PCR.

Sehingga ketika ditemukan ada yang positif Covid-19, siswa dan keluarganya perlu melakukan isolasi baik secara mandiri atau di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan yang bisa terjadi di sekolah.

Selain itu, sistem belajar pun harus memiliki protokol tersendiri. Seperti satu meja hanya diisi oleh satu siswa, jaga jarak, penggunaan masker, dan pembersihan gedung secara berkala.

"Sektor yang lainnya juga bisa berjalan kegiatannya. Tentu protokolnya berbeda, seperti di kantor bagaimana, di pabrik bagaimana," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com