KOMPAS.com - Daging babi tengah menjadi pembahasan hangat beberapa hari terakhir.
Hal ini bermula dari kasus penjualan daging babi yang dibuat seolah mirip daging sapi di Bandung.
Terlepas dari kasus tindakan pidana yang dilakukan oleh penjual tersebut, daging babi sendiri disebut-sebut berbahaya untuk di konsumsi karena mengandung cacing pita.
Tapi apakah daging babi benar-benar berbahaya untuk di konsumsi?
Dr dr Tan Shot Yen, M Hum menyatakan, daging babi memang mengandung cacing pita yang bernama Taenia solium. Tentunya parasit ini akan berbahaya jika masuk ke tubuh manusia.
Namun perlu diketahui, cacing pita tidak hanya dimiliki babi. Parasit ini juga kerap ditemukan di daging sapi, namanya Taenia saginata.
Baca juga: Daging Babi Diolah Mirip Daging Sapi, Kenali Ciri Makanan Mengandung Boraks
Dokter Tan menjelaskan, bila masuk ke tubuh manusia cacing pita akan menyerap nutrisi yang seharusnya untuk menyehatkan tubuh dan mendorong tumbuh kembang anak. Utamanya yang diambil adalah zat besi.
"Cacing pita kan beda dengan cacing gelang dan kremi yang perawakannya kecil-kecil, cacing pita pada hewan kaki empat itu gede-gede, jadi nyedot lebih banyak nutrisi, terutama zat besi," ujarnya kepada Kompas.com, Jakarta, Kamis (14/5/2020).
Meski demikian, daging babi tetap bisa dikonsumsi asalkan terjamin higienis mulai dari kebersihan saat proses pemotongan hewan, penyimpanan, pembekuan, saat dijual, hingga dipersiapkan untuk di masak.
Selain itu, dari sisi keamanan pangan juga terjamin yakni mencakup kebersihan hewan sejak hidup.
"Karena disitu risiko penyakit pada hewan potong. Vaksinasi, antibiotik, dan kemungkinan hormon pertumbuhan yang digunakan aman tidak jangka panjangnya untuk orang yang makan," katanya.
Dokter Tan juga menyatakan, disamping higienis dan aman, daging babi juga perlu dimasak dengan matang. Tentunya ini untuk kemanan di konsumsi oleh manusia.