Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daging Babi Diolah Mirip Daging Sapi, Kenali Ciri Makanan Mengandung Boraks

Kompas.com - 12/05/2020, 13:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Terbongkarnya penjualan daging babi diolah agar memiliki warna mirip daging sapi di Bandung menghebohkan masyarakat.

Boraks memiliki nama lain natrium tetraborat dan sodium tetraborat. Zat pengawet ini dikenal sebagian masyarakat dengan nama bleng.

Dilansir Hello Sehat, boraks umumnya berupa bubuk putih yang terdiri dari kristal-kristal tak berwarna dan mudah larut di air.

Boraks mengandung senyawa boron yang diperoleh secara alami dari hasil proses kristalisasi penguapan tambang garam atau kawah lumpur. Selain terbentuk secara alami, zat kimia ini juga dapat diproduksi secara buatan dari berbagai kumpulan senyawa boron.

Baca juga: Daging Babi Diubah Mirip Daging Sapi dengan Boraks, Waspadalah!

Boraks umumnya digunakan sebagai pengawet di dunia industri. Zat pengawet ini kerap digunakan untuk membuat campuran detergen, glasir enamel gigi buatan, plastik, antiseptik, pembasmi serangga, salep kulit, dan pengawet kayu.

Selain itu, boraks juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet untuk produk pelembab, krim, sampo, gel, losion, sabun mandi, scrub, dan garam mandi.

Boraks pada makanan

Sebelum kasus daging babi diubah supaya mirip daging sapi dengan boraks, kita kerap mendengar zat pengawet ini digunakan dalam makanan tertentu seperti bakso, mie, jajanan pasar, dan lain sebagainya.

Padahal, pemakaian boraks dalam makanan sudah dilarang dalam undang-undang banyak negara.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) pun melarang penggunaan boraks pada makanan.

Ketika boraks digunakan dengan dosis berlebihan, maka kesehatan tubuh yang jadi taruhan. Terlebih zat pengawet ini ditujukan untuk dunia industri, bukan makanan.

Dikatakan pakar toksikologi Universitas Indonesia (UI), Dr. Rer. Nat. Budiawan, boraks dalam dosis berlebih dapat merusak ginjal, otak, hati, usus, dan sistem metabolisme.

"Boraks pun termasuk bahan yang dilarang oleh Badan POM dan WHO, karena boraks untuk pengawet industri," kata Budiawan kepada Kompas.com, Selasa (12/5/2020).

 Sementara itu, paparan boraks dalam jumlah sedikit pada orang yang sensitif juga bisa menyebabkan berbagai gejala seperti:

  • Sakit kepala
  • Demam
  • Tidak enak badan (malaise)
  • Mual atau muntah terus-terusan
  • Nyeri hebat pada perut bagian atas
  • Diare
  • Lemah, lesu, dan tak bertenaga
  • Perdarahan di usus atau lambung disertai dengan muntah darah

Dalam kasus yang parah, zat kimia ini bahkan dapat menyebabkan kematian.

Sampel takjil yang didapat dari inspeksi Balai Besar BPOM DKI Jakarta, baru-baru ini. Beberapa panganan dipastikan mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin b atau pewarna merah, dan pewarna kuning metanil.Dokumentasi BPOM DKI Jakarta Sampel takjil yang didapat dari inspeksi Balai Besar BPOM DKI Jakarta, baru-baru ini. Beberapa panganan dipastikan mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin b atau pewarna merah, dan pewarna kuning metanil.

Ciri makanan mengandung boraks

Lantas, bagaimana ciri makanan yang mengandung zat pengawet seperti boraks atau formalin?

Agar tidak tertipu pedagang nakal, sebagai pembeli kita harus lebih teliti pada produk pangan di pasaran.

Memang tidak mudah mengenali makanan mana yang mengandung boraks dan tidak.

 

Ilustrasi boraksShutterstock Ilustrasi boraks

Namun ada beberapa ciri khas makanan yang mengandung boraks dan bisa kita amati, antaral lain:

  • Bertekstur sangat kenyal, tidak mudah hancur, atau sangat renyah.
  • Berwarna sangat mencolok dari aslinya.
  • Beraroma menyengat yang mencurigakan, bahkan binatang seperti lalat pun enggan untuk menempel.
  • Tidak rusak atau busuk meski sudah disimpan lebih dari tiga hari di suhu ruang.

Baca juga: Tubuh Lemas Saat Puasa, Ini Saran Asupan Makanan dari Ahli Gizi

Dalam artikel Kompas.com Sains yang berjudul Apa Tanda-tanda Makanan Mengandung Formalin dan Boraks? edisi 7 Juni 2017 dijelaskan bahwa secara klinis, sampel makanan yang mengandung zat pewarna tekstil seperti zat rodamin B untuk warna merah dan mettanil yellow untuk warna kuning akan memperlihatkan reaksi tertentu.

Caranya dengan menambahkan air ke dalam sampel kemudian dikocok, setelah itu diberi zat pengurai, kemudian didiamkan sesaat.

Jika positif, akan terbentuk warna ungu melingkar seperti cincin di tabung.

"Untuk makanan berformalin, setelah dicampur air akan berwarna ungu. Kemudian untuk makanan yang mengandung boraks akan berwarna kuning kecoklatan," kata seorang tim penguji Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purbalingga, Samsul Arifin.

Namun tak mungkin bagi kita untuk melakukan tes ketika membeli makanan. Maka, kemampuan mengenali secara sekilas diperlukan.

Samsul menjelaskan, makanan berformalin sebenarnya bisa dilihat secara visual. Salah satunya adalah teksturnya.

Apabila makanan basah seperti baso, mie basah, atau otak-otak ditekan, akan terasa sangat kenyal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com