Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Temukan Sperma Pasien Covid-19 Mengandung Virus Corona

Kompas.com - 10/05/2020, 09:06 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

 

KOMPAS.com - Tim peneliti asal China yang meneliti sperma milik pasien Covid-19  menemukan bahwa sperma dari beberapa pasien yang mereka teliti terdapat kode genetik virus corona baru SARS-CoV-2.

Ini menandakan bahwa virus ini bisa memasuki organ reproduksi seperti testis pria. Hal ini bisa meningkatkan risiko penularan Covid-19 melalui hubungan seksual.

Temuan ini dilaporkan dalam jurnal JAMA Network Open dari American Medical Association, asosiasi medis Amerika.

Tim peneliti dari Changchue Municipal Hospital di Provinsi Henan, China, mendeteksi adanya virus SARS-Cov-2 pada enam dari 38 pasien pria yang dirawat di rumah sakit tersebut.

Baca juga: Eucalyptus Jadi Antivirus Corona, Benarkah Bisa Bunuh Virus Covid-19?

Penelitian terhadap mereka dilakukan pada saat puncak wabah sedang terjadi di China yaitu pada bulan Januari dan Februari 2020.

Secara persentase jumlah ini termasuk sedikit. Sebanyak 16% dari temuan memperlihatkan adanya bukti virus corona di dalam sperma.

Dari kasus yang diteliti, sekitar seperempatnya berada dalam tahap infeksi yang akut. Sedangkan 9 persen dari mereka kemudian pulih.

Bisakah virus corona ditularkan lewat hubungan seks?

Dari penelitian ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah virus corona dapat ditularkan melalui hubungan seks?

“Kami menemukan bahwa SARS-CoV-2 bisa ditemukan pada sperma pasien yang positif COVID-19, dan SARS-CoV-2 mungkin masih bisa dideteksi dalam sperma pasien yang sedang dalam penyembuhan,” tulis tim peneliti di jurnal JAMA.

Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menyatakan hal ini merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dan membutuhkan adanya penelitian lebih lanjut, terutama untuk mencari tahu apakah virus corona bisa ditularkan melalui hubungan seks.

“Bahkan ketika virus ini tidak bisa menggandakan diri di dalam sistem reproduksi pria, mereka bisa tetap ada di situ, kemungkinan hasil dari kekebalan istimewa dari testis,” tulis Dr Diangeng Li dan rekan-rekannya.

Kekebalan istimewa ini berarti sistem imunitas tubuh tidak bisa sepenuhnya mencapai daerah tersebut guna menyerang virus yang masuk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com