Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/05/2020, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Temuan awal dari studi yang belum peer-reviewed atau belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D dapat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi pada pasien Covid-19.

Riset awal yang dilakukan Yayasan Rumah Sakit Ratu Elizabeth di Inggris dan Universitas East Anglia juga mempertanyakan apakah orang-orang yang tinggal di negara dengan tingkat vitamin D rendah dapat mengonsumsi suplemen sebagai upaya pencegahan.

Untuk diketahui, vitamin D diproduksi oleh sel kulit ketika kita terpapar matahari. Vitamin D diperlukan tubuh untuk mengatur jumlah kalsium dan fosfat.

Tubuh juga dapat mendapatkan vitamin D dari makanan seperti ikan dan jamur. Nutrisi dalam makanan tersebut berguna untuk menjaga kesehatan tulang, gigi, dan otot.

Kekurangan vitamin D yang signifikan dapat menyebabkan rakitis dan osteomalasia.

Baca juga: Perdebatan Waktu Berjemur Paling Sehat, Ini Penelitian di Indonesia

Rakitis adalah pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium, berpotensi menyebabkan patah tulang dan kelainan bentuk.

Sementara osteomalasia adalah kelainan pada tulang yang menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga tulang mudah mengalami patah tulang. Kerapuhan tulang merupakan akibat dari penurunan asupan vitamin D atau efek samping gagal ginjal.

Ada juga bukti yang muncul tentang peran vitamin D dalam sistem kekebalan tubuh. Kadar rendah vitamin D dikaitkan dengan kondisi autoimun.

Studi sebelumnya juga mengaitkan kekurangan vitamin D dengan tingkat kematian untuk Covid-19 di negara-negara seluruh Eropa.

Dilansir IFL Science, Jumat (1/5/2020), dalam temuan awal ini, para ahli mengaitkan vitamin D dengan kematian akibat Covid-19 melalui tinjauan data yang ada pada tingkat rata-rata vitamin D di 20 negara Eropa.

Data ini kemudian dibandingan dengan angka kematian akibat Covid-19 di 20 negara Eropa tersebut.

Analisis statistik dari perbandingan keduanya mengungkap korelasi yang signifikan antara daerah yang memiliki jumlah kematian akibat Covid-19 tertinggi dengan konsentrasi vitamin D dalam masyarakat tersebut berada di rata-rata terendah.

 

Ilustrasi berjemur matahariKristinaJovanovic Ilustrasi berjemur matahari

"Kelompok masyarakat yang paling rentan terinfeksi Covid-19 merupakan kelompok yang paling kekurangan vitamin D," tulis para peneliti dalam kesimpulan laporan awal mereka.

Layanan Kesehatan Inggris (NHS) saat ini menyarankan semua warganya untuk mengonsumsi suplemen vitamin D harian untuk menjaga kesehatan tulan dan otot.

"Suplemen Vitamin D dibutuhkan, terutama bagi Anda yang tidak cukup mendapat vitamin D dari paparan sinar matahari karena seharian berada di dalam ruangan," kata peneliti dalam situs web mereka.

Namun perlu diketahui, hingga saat ini belum ada bukti yang mengungkap bahwa vitamin D dapat mengurangi terinfeksi virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.

Oleh sebab itu, para ahli mengingatkan untuk membeli suplemen sesuai kebutuhan, tak usah sampai memborong semua vitamin di apotek.

Selain itu, temuan ini masih awal dan hanya mempertimbangkan satu variabel.

Daerah dengan kadar vitamin D yang lebih tinggi mungkin mendapat manfaat fisiologis lain yang menurunkan risiko kematian akibat Covid-19, sehingga konsumsi suplemen menjadi kurang efekstif dan justru bisa menyebabkan masalah kesehatan lain.

Baca juga: Tanggapan Ahli UI Soal Prediksi Corona di Indonesia Berakhir Juni

Jika sudah dilakukan peer-review, temuan ini tentu saja dapat menunjukkan bahwa vitamin D adalah suatu hal yang layak diteliti untuk mengidentifikasi faktor gaya hidup yang dapat meningkatkan atau memperburuk tingkat penyakit yang dialami.

Vitamin D sebelumnya telah dikaitkan dengan sejumlah penyakit pernapasan seperti influenza dan TBC.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com