Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mangrove Indonesia Bisa Serap dan Simpan Karbon Dioksida Global

Kompas.com - 27/04/2020, 18:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Ahli menyebutkan ekosistem pesisir Indonesia berpotensi signifikan untuk menyerap dan menyimpan karbon, termasuk ekosistem mangrove dan padang lamun.

Peneliti Mangrove dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aan J Wahyudi mengatakan memanfaatkan potensi tersebut haruslah dalam pengukuran dan pengawasan agar seimbang.

Dengan tujuan utama menjadikan cadangan karbon padang lamun untuk inisiatif pembangunan rendah karbon di Indonesia dan secara global.

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia dengan total 3,2 juta hektar yang merupakan 22,4 persen dari total luas hutan mangrove dunia.

Baca juga: Pulau Kaledupa Wakatobi Jaga Mangrove Alami dengan Kearifan Lokal

Kendati vegetasi laut hanya memiliki proporsi 0,05 persen dari biomassa vegetasi darat, tetapi justru memiliki kemampuan menyimpan karbon yang sebanding dengan vegetasi darat.

"Ekosistem pesisir atau vegetasi laut seperti mangrove, rawa air asin, lamun dan makroalga memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida atmosfer melalui proses fotosintesis," kata Aan dalam keterangan resmi LIPI.

Dilansir dari Business Insider, menurut observasi dari Mauna Loa Observatory di Hawaii pada karbon dioksida (CO2) di level mencapai 410 ppm tidak langsung memberikan efek pada pernapasan, karena tubuh manusia juga masih membutuhkan CO2 dalam kadar tertentu.

Tetapi peningkatan level kadar CO2 secara dramatis di atmosfer akan meningkatkan polusi dan penyakit terkait.

Baca juga: Terinspirasi Mangrove, Alat ini Mungkin Bisa Jadi Solusi Hadapi Banjir

Selain itu, berpotensi memperlambat kognisi manusia, menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem termasuk gelombang panas mematikan, dan memperluas jangkauan makhluk pembawa penyakit seperti nyamuk dan kutu.

Oleh sebab itulah, pemanfaatan dengan seimbang vegetasi laut di ekosistem pesisir Indonesia memang sangat diperlukan.

Dijelaskan Aan, karbon dioksida atmosfer yang mengalir dalam siklus yang melewati vegetasi laut disebut dengan istilah karbon biru atau blue carbon.

"Karbon biru juga mengacu pada akumulasi dan penyimpanan karbon organik dalam endapan," kata dia.

Nah, ternyata ekosistem mangrove dan padang lamun berkontribusi signifikan terhadap penyimpanan karbon di sedimen. Kontribusi tersebut bahkan mencapai 50 persen dari total 216 TgC per tahun.

"Ekosistem pesisir memiliki produksi primer bersih yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekosistem lainnya. Oleh karena itu, ekosistem vegetasi laut dianggap memilikipenyimpanan karbon yang signifikan dan memiliki peran penting dalam siklus karbon global," tutur dia.

Ekowisata Mangrove Penajam adalah salah satu destinasi yang menarik untuk dikunjungi saat berkunjung ke Kalimantan Timur.Dok. Indonesia Ecotourism Program Ekowisata Mangrove Penajam adalah salah satu destinasi yang menarik untuk dikunjungi saat berkunjung ke Kalimantan Timur.

Dengan demikian, kata dia, mengetahui jumlah cadangan karbon dan penyerapan menjadi petning dilakukan pemerintah.

Hal ini juga berguna untuk kewajiban pelaporan dalam Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (Low Carbon Development Initiative).

Baca juga: Lindungi Mangrove, MERA Ingin Pulihkan Ekosistem Pesisir Jakarta

Saat ini, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI telah meluncurkan aplikasi berbasis web untuk memperkirakan cadangan dan penyerapan karbon oleh padang lamun.

Aplikasi tersebut dapat memperkirakan cadangan karbon dan penyerapan padang lamun di perairan Indonesia menggunakan variabel kepadatan, biomassa, dan persentase cakupan lamun. Dapat diakses melalui tautan http://scc.oseanografi.lipi.go.id.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com