Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 203.000 Kematian Akibat Covid-19, Sertifikat "Kebal Virus Corona" Ditentang WHO

Kompas.com - 26/04/2020, 10:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Negara Asia lainnya, seperti China dan Korea Selatan, mencatat angka kematian nihil.

Pada Sabtu (25/4/2020), pemerintah China melaporkan tidak ada kematian akibat Covid-19 selama 10 hari berturut-turut, sedangkan Korsel memasuki hari kedua tanpa kematian terkait virus corona.

WHO: Sertifikat kebal virus corona 'bisa meningkatkan penyebaran virus'

Meski sejumlah negara mencatat penurunan kasus, bukan berarti mereka dapat menyerahkan "paspor kekebalan tubuh" atau "sertifikat kebal virus corona" kepada warganya sebagai cara untuk melonggarkan karantina wilayah alias lockdown, sebut WHO.

Organisasi itu menegaskan bahwa belum ada bukti orang-orang yang membangun antibodi setelah sembuh dari virus corona benar-benar aman dari serangan virus corona untuk kedua kali.

"Saat ini belum ada bukti bahwa orang-orang yang sembuh dari Covid-19 dan memiliki antibodi, terlindung dari penularan kedua," sebut WHO dalam catatannya.

Sebagian besar kajian yang telah dijalankan sejauh ini menunjukkan orang-orang yang telah sembuh dari Covid-19 memiliki antibodi dalam darah mereka. Namun sebagian dari mereka punya antibodi berkadar rendah.

Hingga Jumat (24/4/2020), menurut WHO, belum ada kajian yang mengevaluasi apakah keberadaan antibodi pada virus corona menimbulkan kekebalan terhadap penularan virus tersebut untuk kedua kalinya.

"Pada tahap ini, belum ada cukup bukti mengenai efektivitas antibodi untuk menjamin akurasi 'paspor imunitas' atau 'sertifikat bebas risiko'," sebut WHO.

WHO juga mengatakan rangkaian uji laboratorium untuk mendeteksi antibodi perlu divalidasi lebih lanjut untuk menentukan akurasinya dan membedakan penularan virus SARS-CoV-2 — yang menyebabkan Covid-19 — dengan enam virus corona lainnya yang terlebih dulu menyebar.

Negara mana yang mempertimbangkan untuk membuat 'paspor kekebalan'?

Pekan lalu, Chili menyatakan akan mulai merilis "paspor kesehatan" kepada orang-orang yang dianggap telah pulih dari Covid-19 dan kebal pada virus corona.

Begitu antibodi pada tubuh mereka terlacak, mereka bisa bekerja kembali, kata sejumlah pejabat.

Di Swedia, yang memilih membebaskan sebagian besar masyarakat, beberapa ilmuwan meyakini taraf kekebalan tubuh pada penduduk akan jauh lebih tinggi dibanding mereka yang ditempatkan dalam karantina wilayah.

Baca juga: Benarkah Kandidat Obat Corona Remdesivir Gagal Uji Klinis?

Akan tetapi, Anders Wallensten dari Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, mengatakan kepada BBC bahwa kekebalan tubuh belum diketahui secara mendalam.

"Kami akan tahu lebih banyak setelah makin banyak orang yang diuji antibodinya, makin panjang waktunya, dan makin banyak laporan penularan kembali yang dilaporkan," ujarnya.

Di Belgia, yang jumlah kematian per kapitanya salah satu yang tertinggi namun berencana melonggarkan karantina wilayah pada 11 Mei, salah satu penasihat pemerintah mengatakan kepada BBC bahwa dia sangat menentang gagasan paspor kekebalan tubuh.

"Saya menentang pemberian paspor kepada orang-orang, yang hijau atau yang merah, tergantung pada status serum darah mereka," ujar Professor Marc Van Ranst, pakar virologi sekaligus anggota Kelompok Peninjau Risiko serta Komite Sains mengenai Virus Corona.

"Hal ini akan mendorong pemalsuan, yang membuat orang-orang bersedia menularkan virus pada diri mereka. Ini bukan ide bagus. Ini ide yang sangat buruk."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com