Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/04/2020, 18:33 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Meski telah beberapa bulan diselidiki, virus corona, SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19 masih diselimuti banyak pertanyaan.

Salah satunya adalah efek gejalanya yang begitu berbeda dari satu pasien ke pasien yang lain.

Pada kebanyakan orang, penyakit ini bisa bergejala ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Namun, pada sebagian orang, virus bisa menyebabkan gejala yang begitu berat.

Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam Journal of Virology menemukan bahwa tingkat keparahan gejala virus corona mungkin disebabkan oleh perbedaan genetika tertentu, tepatnya tipe gen yang disebut human leukocyte antigen (HLA).

Baca juga: Pandemi Corona, Ahli Ingatkan Penuhi Gizi untuk Anak-anak

 

Gen HLA mengandung instruksi untuk membuat protein yang mengikat pada bagian-bagian patogen seperti virus corona dan memperingatkan sel imun.

Setelah terlatih untuk mengenali bagian-bagian patogen, sel imun lantas memperepat proses pembuatan antibodi yang bisa menarget dan membunuh patogen.

Namun, HLA ini tidak sama dimiliki oleh semua orang. Tergantung tipenya, seseorang mungkin lebih kuat atau lebih rentan terhadap SARS-CoV-2.

Para ahli pun melakukan permodelan komputer untuk mengetahui HLA mana yang terbaik dan terburuk dalam menghadapi SARS-CoV-2.

Mereka melihat HLA mana yang paling pintar dalam mengikat protein virus. Sebab, ikatan yang lebih baik atau semakin banyak protein virus yang terikat akan menaikkan kemungkinan sel imun mengenali virus dan memulai produksi antibodi.

Baca juga: Studi Swiss Temukan Virus Corona Serang Pembuluh Darah, Apa Akibatnya?

Dari permodelan, para peneliti mengidentifikasikan enam tipe HLA dengan kapastas terbaik untuk mengikat pada berbagai urutan protein SARS-CoV-2 dan tiga yang terburuk.

Di antara yang terburuk, salah satu yang menonjol adalah HLA-B*46:01.

Pasalnya, selain diprediksi memiliki kapasitas terburuk terhadap SARS-CoV-2, HLA-B*46:01 sebetulnya juga pernah diidentifikasikan dalam studi tahun 2003 terhadap SARS-CoV yang menyebatkan penyakit SARS.

Dalam studi tersebut, keberadaan tipe HLA-B*46:01 pada pasien keturunan Asia diasosiasikan dengan kasus-kasus infeksi yang lebih berat.

Meski demikian, bukan berarti seseorang yang memiliki tipe HLA-B*46:01 sudah bisa dipastikan akan mengalami gejala berat jika terinfeksi virus corona.

Baca juga: Sedang Pandemi Corona, Bagaimana Rukyatul Hilal Dilaksanakan?

Para peneliti mengatakan bahwa studi mereka masih studi awal yang dilakukan sepenuhnya dalam komputer dan membutuhkan penelitian klinis lebih lanjut.

Salah satu caranya, usul penulis studi Abhinav Nellore dan Dr. Reid Thompson, adalah dengan melakukan pengujian Covid-19 bersamaan dengan identifikasi tipe HLA pasien.

"Kami tidak bisa, secara hati nurani, pada titik ini memprediksikan siapa yang lebih atau kurang rentan terhadap virus karena kami belum menganalisis data hasil klinis terkait tipe HLA, untuk mengetahui apakah prediksi kami valid," tulis mereka.

Nellore dan Thompson lantas berkata bahwa jika studi ke depan mendukung gagasan bahwa tipe HLA tertentu memengaruhi kerentanan seseorang terhadap virus, maka kelompok dengan tipe HLA yang lebih rentan harus diprioritaskan untuk vaksinasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com