Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2020, 11:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Melawan pandemi global yang saat ini terjadi, bukan hanya persoalan virus corona, SARS-CoV-2 sebagai sumber penyebab Covid-19 tersebut. Masyarakat juga harus melawan informasi berlebihan yang keliru atau infodemik, yang dapat berujung korban nyawa.

Dijelaskan oleh Pendiri Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Harry Sufehmi, infodemik yang dimaksudkan adalah informasi berlebih yang muncul dan justru mengganggu pencarian solusi terhadap masalah tersebut.

Harry juga menyebutkan istilah infodemik itu sudah menjadi tren global karena turut memperburuk situasi.

"Kita saat ini di situasi pandemi, wabah global, bukan lokal. Infodemik tidak menolong situasi yang parah ini," kata Harry dalam diskusi daring Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (18/4/2020).

Baca juga: Hoaks, Angin Utara Bawa Wabah Penyakit dan Ajakan Berhenti Total 3 Hari

Akibat dari infodemik

Menuru Harry, infodemik dapat berakibat fatal bahkan hingga menyebabkan korban nyawa, bagi masyarakat yang salah menangkap dan memahami informasi.

"Akibat infodemik ini bisa cukup fatal, sampai menyebabkan korban nyawa," ujar dia.

Berikut beberapa contoh yang disebutkan oleh Harry terkait infodemik merugikan dan fatal di tengah wabah Covid-19 ini.

1. Obat hoaks

Ia mencontohkan informasi yang tidak benar mengenai salah satu obat penangkal Covid-19, yang mana informasi ini membuat masyarakat justru karena merasa aman dengan obat tersebut, mereka mengkonsumsi tanpa memerhatikan anjuran protokol kesehatan.

Baca juga: Pandemi Corona, Mengapa Ilmuwan di Antartika Tak Tersentuh Covid-19?

"Misalnya informasi obat tapi hoaks, jadi lengah nggak apa-apa kalau kena (terinfeksi Covid-19), tinggal kasih bawang putih, padahal sebetulnya itu hoaks (informasi palsu)," kata dia.

Pada kondisi tersebut, pasien atau orang yang salah menerima infodemik tersebut, bisa berujung pada kematian.

Sementara, informasi obat tapi hoaks seperti bawang putih itu masih banyak lagi lainnya

2. Narasi hasutan

Berbagai narasi terkait Covid-19 ini sangat banyak sekali di media sosial. Termasuk jenis narasi yang menghasut, sedangkan informasinya adalah palsu alias hoaks.

Informasi palsu yang menghasut antar-kelompok, intansi, individu, negara atau apapun itu sebenarnya yang menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat.

Tingkat kepanikan yang muncl di masyarakat pun beragam. Bisa sampai stres, depresi, saling tuduh dan lain sebagainya.

seorang pria berinisial RD dan U ditangkap lantaran menyebarkan informasi bohong atau hoaks terkait virus corona atau Covid-19 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020)Dokumentasi Humas Polres Bogor seorang pria berinisial RD dan U ditangkap lantaran menyebarkan informasi bohong atau hoaks terkait virus corona atau Covid-19 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020)

Baca juga: Hoaks atau Fakta, Vitamin C Bisa Sembuhkan Virus Corona?

Solusi membendung infodemik

Lantas, bagaimana seharusnya menghindari hal negatif dari adanya infodemik yang sulit terbendung di masyarakat saat ini?

Menurut Harry, dalam memerangi atau melawan isu atau informasi berlebihan yang keliru ini, setiap individu harus kembali merujuk pada sanad dan matan.

"Dasarnya simpel untuk membantah atau mendeteksi hoaks, yaitu sanad dan matan. Sanad itu sumber, matan itu konten," ujar dia.

Sanad adalah asal atau sumber informasi yang ada. Sedangkan, matan adalah bunyi makna dan pemahaman tentang isi dari informasi yang beredar tersebut.

"Jadi maksudnya, kita cek dulu kalau dapat berita, sanadnya apa nih, sumbernya dari mana. Kalau cuma forward-an WhatsApp yang gak jelas sumbernya sama sekali, ya kita anggap hoaks aja sampai terbukti sebaliknya, jadi supaya aman," tutur Harry.

Terkait, konten dari isi informasi yang Anda peroleh, sebaiknya mengecek terlebih dahulu apakah konten tersebut ada yang aneh atau tidak.

Terlebih lagi apabila ada isi yang membangkitkan emosi, marah, gusar atau bahkan ketakutan serta mungkin berlawanan dengan yang selama ini beredar di media massa.

Baca juga: Makan Bawang Putih hingga Kebocoran Lab, Ini 5 Hoaks Virus Corona

Oleh karena itu, perlu di cek kembali atau abaikan saja, anggap sebagai informasi hoaks sampai ada buktinya.

Untuk diketahui, sejauh ini Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, sudah mencatat setidaknya infodemik berupa hoaks atau informasi yang tidak benar seputar wabah virus corona, Covid-19 di Indonesia mencapai 566 kasus.

Sementara itu, hingga pukul 22.00 WIB, Jumat (17/4/2020), Mafindo melalui pemeriksaan faktanya secara spesifik mencatat misinformasi dan disinformasi seputar wabah virus corona, Covid-19 sebanyak 301 informasi hoaks.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com