Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/04/2020, 09:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com -Saat krisis corona, dalam keseharian, baik di supermarket dan pasar tradisional makin banyak terlihat orang yang tidak hanya mengenakan masker melainkan juga sarung tangan medis sekali pakai.

Tujuannya, untuk melindungi diri dari virus SARS-CoV-2 yang sangat menular. Persediaan sarung tangan sekali pakai di toko-toko kebutuhan higienis kini nyaris kosong.

Pemikiran logis di belakang penggunaan sarung tangan sekali pakai adalah, infeksi terutama menular lewat sentuhan tangan, selain lewat droplet saat batuk atau bersin.

Jika tangan menyentuh sesuatu, dan kemudian menyentuh wajah, virus corona bisa masuk ke mulut, hidung atau mata dan akhirnya ke dalam tubuh.

Baca juga: Korea Selatan Sukses Tangani Corona, Ternyata Belajar dari Wabah MERS

Material sarung tangan medis berpori

Sarung tangan sekali pakai memang biasanya dipakai oleh dokter praktik atau tenaga paramedis. Namun tujuannya untuk melindungi tangan dari kontaminasi berbahaya, seperti darah atau cairan tubuh lainnya.

Perlu diketahui, sarung tangan ini hanya bisa melindungi kita dari kontaminasi bakteri atau virus dalam waktu sangat singkat.

Penyebabnya, material sarung tangan semacam itu berpori. Jadi jika kita lebih lama mengenakannya, makin mudah patogen menembus lapisan pelindung tersebut.

Karena itu personal di bidang medis, biasanya melakukan disinfeksi tangan secara menyeluruh, setelah memaki sarung tangan jenis itu.

Sarung tangan sekali pakai, jelas tidak bisa menggantikan regulasi higiene ini.

Perlindungan semu

Sarung tangan sekali pakai berbahan latex, vinil, atau nitril hanya memberikan perasaan steril.Tapi ini perasaan perlindungan semu.

Banyak yang saat berbelanja dengan memakai sarung tangan memang berhati-hati, agar tidak menyentuh wajah. Tapi secara tidak sengaja hal itu sering terjadi.

Misalnya, saat menggunakan sarung tangan sekali pakai, kita menggunakan smartphone atau mencari sesuatu dari saku, secara tidak sadar kita menyebarkan patogen.

Virus tidak peduli apakah kita memakai sarung tangan atau tidak, jika kita menyentuh wajah, patogen itu bisa masuk ke tubuh.

Komunitas etnis tionghoa yang tergabung dalam Yayasan Hakka Aceh membagikan masker dan hand sanitizer kepada pedagang kaki lima dan warga di pasar Peunayong,Kota Banda Aceh. Rabu (08/04/2020). 5000 masker dan hand sanitizer ini dibagikan secara geratif kepada pedagang kaki lima dan warga yang tidak memilki masker saat beraktifitas diluar rumah ini dilakukan sebagi aksi berbagi sesama untuk mencegah penyebaran wabah virus corona di Aceh, seperti himbauan pemerintah masyarakat wajib menggunkan masker saat melakukan aktivitas di luar rumah.Raja Umar Komunitas etnis tionghoa yang tergabung dalam Yayasan Hakka Aceh membagikan masker dan hand sanitizer kepada pedagang kaki lima dan warga di pasar Peunayong,Kota Banda Aceh. Rabu (08/04/2020). 5000 masker dan hand sanitizer ini dibagikan secara geratif kepada pedagang kaki lima dan warga yang tidak memilki masker saat beraktifitas diluar rumah ini dilakukan sebagi aksi berbagi sesama untuk mencegah penyebaran wabah virus corona di Aceh, seperti himbauan pemerintah masyarakat wajib menggunkan masker saat melakukan aktivitas di luar rumah.

Bisa tingkatkan risiko penularan

Para dokter bahkan memperingatkan, bukan hanya dari segi keamanan semu saja, melainkan hal yang lebih serius lainnya.

“Sarung tangan sekali pakai bahkan bisa menambah risiko penularan. Pasalnya kulit di bawah sarung tangan sangat mudah berkeringat. Kondisi hangat serta basah adalah lingkungan ideal buat bakteri dan virus segala jenis“, ujar dokter umum Dr. Marc Hanefeld.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com