KOMPAS.com - Wabah virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 masih berlangsung. Bahkan, mendekati bulan Ramadhan tahun 2020 ini, membuat dilema bagi masyarakat dalam memutuskan untuk mudik atau tidak.
Mudik adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat merayakan hari raya Idul Fitri, dengan pulang ke kampung halaman atau ke daerah asal masing-masing untuk berjumpa dan berkumpul dengan sanak saudara.
Namun, pandemi Covid-19 yang proses perluasan penyebaran virus penyebabnya, yaitu SARS-CoV-2, sangat mungkin terjadi di kerumunan orang ramai.
Maka, pemerintah mengimbau agar masyarakat pada momen kali ini tidak melakukan mudik dan terus menjaga strategi pencegahan lainnya.
Baca juga: Bantu Lawan Corona Covid-19, UI Luncurkan Beragam Inovasi Berjangka
Lantas apakah masyarakat akan melaksanakan imbauan tersebut atau justru tetap melakukan mudik?
Untuk mengetahui persepsi masyarakat terkait mudik dan potensi penularan virus corona, SARS-CoV-2 yang bisa terjadi dalam proses itu. Beberapa lembaga bekerja sama untuk mengetahuinya dengan melakukan survei.
Lembaga-lembaga tersebut yaitu Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Politeknik Statistika Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, serta jurnalis.
Baca juga: Kasus Corona di Indonesia Bertambah, Warga Diminta Tak Usah Mudik
Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Herry Jogaswara mengatakan, kondisi dilematis antara tidak akan mudik ataupun tetap akan mudik di kalangan masyarakat menjadi semakin kompleks.
“Kondisi ini semakin kompleks dengan situasi pandemik Covid-19 yang menyebabkan terganggunya penduduk akibat terhentinya sebagian kegiatan ekonomi,” kata Herry.
Oleh karena persoalan ekonomi itulah, dikatakan Herry, saat ini sebagian penduduk telah memilih kembali ke kampung dibandingkan menetap di kota dengan pertimbangan kehilangan mata pencarian dan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari selama masa pandemi Covid-19 ini.
Berikut ini data survei persepsi masyarakat terhadap mobilitas dan transportasi terkait polemik mudik di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia.
Survei tersebut melibatkan masyarakat umum dengan total responden sejumlah 3.853 orang. Rentang usia sekitar 15-60 tahun ke atas. Sementara presentasi jenis kelamin perempuan dan laki-laki berimbang.
Herry menyebutkan, sebesar 56,22 persen responden menjawab tidak akan mudik, termasuk di dalamnya 20, 98 persen masih dalam tahap berencana untuk membatalkan mudik.
“Meskipun demikian, persentase masyarakat yang mudik dinilai masih tinggi di angka 43,78 persen,” ungkap Herry.
Baca juga: Ahli Sarankan Gangguan Sensorik Jadi Standar Pemeriksaan Corona
Apakah penduduk akan tetap mudik dalam kondisi macam ini?