KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, penyanyi Glenn Fredly meninggal akibat penyakit radang selaput otak atau meningitis. Namun, ternyata saat ini belum banyak yang menyadari bahaya penyakit ini.
Dr. Istiana Sari, Sp.S, dokter Spesialis Saraf Primaya Hospital Bekasi Utara mengatakan meningitis adalah penyakit yang sangat menular.
Penyakit ini terjadi karena adanya peradangan meningen yakni peradangan pada selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang.
"Peradangan tersebut disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur yang ditularkan melalui percikan cairan hidung dan tenggorokan yang terciprat saat batuk atau bersin dari penderita meningitis," ujar dr. Istiana dalam rilis kepada Kompas.com, Sabtu (11/4/2020).
Baca juga: Mengenal Apa Itu Meningitis, Penyakit yang Diderita Glenn Fredly
Penyakit meningitis seperti yang juga pernah dialami komedian Olga Syahputra, disebabkan oleh berbagai faktor.
1. Penyakit primer pendahulu
Menurut dr. Henny Herawati, Sp.S, Dokter Spesialis Saraf Primaya Hospital Karawang, meningitis sendiri juga bisa disebabkan oleh penyakit primer pendahulu.
“Misal, pasien memiliki riwayat TBC paru, maka antibodi pasien akan melemah, sehingga kuman dapat menyebar ke otak dan menyebabkan peradangan di selaput otak," ungkap dr. Henny.
Baca juga: Penyakit Radang Selaput Otak Berbahaya, Ini Fakta tentang Meningitis
2. Pengobatan tidak tuntas
Dokter dari rumah sakit yang sebelumnya bernama RS Awal Bros ini menjelaskan kasus lain yang dapat menyebabkan meningitis.
Misalnya telinga membengkak, gigi berlubang hingga membengkak, atau terdapat infeksi daerah sinus, namun tidak diobati hingga tuntas, sehingga kuman dapat menyebar ke otak.
3. Daya tahan tubuh menurun
Dr. Istiana menambahkan pada saat daya tahan tubuh menurun, sistem antibodi tidak dapat secara maksimal melawan infeksi meningitis.
Akibatnya, kuman bisa menyebar ke sumsum tulang belakang dan selaput otak.
4. Benturan dan operasi otak
Meningitis juga bisa terjadi bila seseorang mengalami kecelakaan atau benturan di bagian kepala yang menyebabkan tulang kepala retak atau terbuka, sehingga bakteri masuk ke selaput otak.
“Untuk khasus tertentu, proses operasi bagian otak yang tidak tepat dapat mengakibatkan bakteri masuk ke otak akibat terbukanya kepala saat operasi,” jelasnya.
Baca juga: 5 Jenis Meningitis, Penyakit yang Diderita Glenn Fredly
Penyakit radang selaput otak ini dapat menyerang segala usia. Usia paling rentan, kata dr. Istiana, adalah bayi di bawah usia 1 tahun dan orang dewasa pada usia lanjut akibat kerentanan daya tahan tubuh.
Selain itu, usia remaja 15 - 24 tahun juga rentan terhadap meningitis jika menerapkan gaya hidup yang tidak sehat.
"Seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau berpergian ke club di tengah orang banyak, sehingga tanpa disadari memiliki potensi tertular meningitis," imbuh dia.
Adapun gejala awal dari penyakit meningitis ini dapat bermacam-macam.
Gejala yang lebih parah yang dapat terjadi yaitu
Baca juga: Glenn Fredly Meninggal Akibat Meningitis, Dokter Ingatkan Pentingnya Jaga Daya Tahan Tubuh
"Biasanya, gejala-gejala ringan tersebut dapat terjadi sekitar 1 hingga 2 minggu. Jika dibiarkan, gejala-gejala berat dapat terjadi," jelas dr. Henny.
Jika seseorang terindikasi meningitis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan analisis riwayat kesehatan pasien tersebut.
Diagnosis dilakukan melalui alat CT Scan atau MRI, serta cek darah. Selanjutnya, pasien dapat dilakukan lumbal fungsi.
Baca juga: Penyakit Radang Selaput Otak Berbahaya, Ini Fakta tentang Meningitis
Yaitu pengambilan cairan otak agar dapat memastikan penyebab terjadinya meningitis seperti virus, bakteri, atau jamur.
"Jika sudah ditemukan sumber penyebab meningitis, maka pasien tersebut akan diberikan pengobatan sesuai sumbernya," sambung dr. Istiana.
Apabila infeksi meningitis karena bakteri, maka pasien akan diberikan antibiotik. Jika karena virus akan diberikan antivirus, dan jika karena jamur akan diberikan anti jamur.
Ketika dalam masa pengobatan, pasien meningitis harus meningkatan daya tahan tubuh.
Lebih lanjut dr. Istiana mengatakan risiko kematian pasien meningitis tergantung pada bagaimana terapi dan pengobatan yang dilakukan terhadap pasien.
“Data tersebut secara umum mengacu pada data WHO (Organisasi Kesehatan Dunia),” ujar dr. Istiana.
Jika pasien sudah sembuh dari meningitis, pasien harus tetap melakukan kontrol rawat jalan untuk mengindari adanya potensi komplikasi lanjutan.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Mode Evolusi Baru pada Jamur Pembawa Meningitis
“Jika pasien mengalami cacat pascameningitis, maka pasien dapat dilakukan fisioterapi atau terapi-terapi lainnya sesuai dengan kondisi pasien,” imbuh dr. Henny.
Untuk menghindari penyakit meningitis, sebaiknya seseorang dapat menjaga daya tahan tubuh dengan mengikuti gaya hidup sehat.
“Untuk mencegah meningitis, bayi dapat melakukan imunisasi seperti MMR, cacar, dan PCV. Pada dasarnya, orang dewasa juga bisa melakukan vaksin meningitis, terutama untuk orang yang hendak melakukan ibadah haji,” ungkap dr. Istiana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.