Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Virus Corona, Ahli Konservasi Desak WHO Tutup Pasar Hewan Liar

Kompas.com - 09/04/2020, 08:01 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Lebih dari 200 ahli konservasi di seluruh dunia meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan penutupan pasar hewan liar secara permanen. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pandemi di masa depan.

Melansir The Independent, Rabu (8/4/2020), para ahli tersebut juga mendesak WHO untuk mengeluarkan larangan pemanfaatan satwa liar sebagai pengobatan tradisional.

Beberapa ahli konservasi dari Born Free, Bat Conservation Trust, International Fund for Animal Welfare, dan Zoological Society of London ini telah menandatangi surat terbuka.

Mereka menyerukan supaya WHO melakukan semua cara untuk mencegah penyakit baru yang muncul dari perdagangan satwa liar.

Baca juga: Terungkap, Alasan Virus Corona Covid-19 Lebih Menular daripada SARS

Beberapa bukti menunjukkan kalau Covid-19 berasal dari hewan, kemungkinan kelelawar di pasar basah Wuhan, di provinsi Hubei, China.

Di tempat tersebut berbagai hewan dijual sebagai makanan. Epidemi sebelumnya seperti SARS dan Ebola pun juga dikaitkan dengan konsumsi hewan liar.

Dengan bukti-bukti tersebut, para ahli di seluruh dunia pun mendesak supaya tempat-tempat seperti itu ditutup karena berpotensi menjadi muara penyakit berbahaya.

Februari lalu, pemerintah China sementara waktu telah melakukan penutupan terhadap pasar hewan liar di Wuhan.

 

Namun akhir Maret lalu, dikabarkan jika pasar tersebut sudah mulai beroperasi kembali.

Baca juga: Eksploitasi Satwa Liar dapat Tingkatkan Transmisi Virus ke Manusia

Konservasionis juga menyebut kalau WHO harus bekerja sama dengan pemerintah, serta badan organisasi lainnya untuk meningkatkan kesadaran akan risiko perdagangan satwa liar.

Upaya ini pun juga harus disertai dengan edukasi mengenai sumber protein alternatif kepada orang-orang yang memakan hewan liar.

Teresa Telecky dari Humane Society International mengatakan ini adalah titik kritis yang tidak boleh diabaikan.

"Pasar hewan liar di seluruh dunia adalah cawan petri untuk pandemi global berikutnya, sehingga pemerintah di seluruh dunia harus bertindak untuk secara permanen melarang perdagangan hewan liar, termasuk untuk makanan, obat-obatan, bulu, hewan peliharaan," ujar Telecky .

Kepala Keanekaragaman Hayati PBB, Elizabeth Maruma Mrema juga mengungkapkan larangan terhadap pasar hewan liar, sebab dengan ditutupnya pasar ini bisa mencegah penyebaran pandemi baru.

Namun menurutnya, perlu dukungan untuk memperingatkan masyarakat untuk mencegah mereka berdagang satwa liar.

Perdagangan dan konsumsi hewan liar seperti kulit kucing liar yang dijadikan obat tradisional ini diperoleh dari China.
AFP/ROMEO GACADROMEO GACAD Perdagangan dan konsumsi hewan liar seperti kulit kucing liar yang dijadikan obat tradisional ini diperoleh dari China. AFP/ROMEO GACAD

Pasar satwa, baik yang ditangkap dari alam maupun dikawinkan di penangkaran diketahui sangat populer di Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Selatan.

Penelitian terpisah yang dilakukan oleh WWF menyebutkan jika mayoritas masyarakat Asia mendukung adanya penutupan pasar hewan liar.

Baca juga: Ini Alasan Virus Corona Covid-19 Lebih Cepat Menginfeksi Manusia

Survey tersebut dilakukan di Hong Kong, Jepang, Burma, Thailand, dan Vietnam.

"Kita perlu mengatur ulangan hubungan fundamental kita dengan alam, memperlakukan semua penghuninya dengan rasa hormat yang lebih besar," kata Mark Jones, perwakilan dari Born Free.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com