Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Alam Semesta: Dari Mana Petrikor, Si Aroma Hujan, Berasal?

Kompas.com - 08/04/2020, 07:31 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber New Atlas

KOMPAS.com - Sesaat setelah hujan pertama kali turun, kita pasti mencium bau tanah yang khas. Aroma khas hujan ini disebut petrikor.

Petrikor, aroma alami yang muncul saat hujan jatuh di tanah kering oleh beberapa orang dianggap menyegarkan.

Namun, dari mana asalnya?

Penelitian yang melibatkan sekelompok tim Internasional mengungkap bahwa bau khas hujan berasal dari bakteri Streptomyces.

Streptomyces melepaskan senyawa yang disebut dengan geosmin untuk memikat artopoda tertentu supaya datang dan membantu menyebarkan spora bakteri.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Hujan Deras, Kenapa Langit Sangat Gelap?

Aroma khas ini dianggap sebagai contoh komunikasi kimia berusia 500 juta tahun untuk membantu jenis bakteri tertentu menyebar.

Para ilmuwan telah lama terpesona oleh aroma unik yang muncul saat hujan ini.

Istilah petrikor sendiri pertama kali dilakukan oleh dua orang peneliti Australia setelah sebuah studi berpengaruh tahun 1960-an yang mengatakan bahwa ada minyak khas yang diproduksi tanaman tertentu selama musim kemarau kemudian dilepaskan ke udara saat hujan turun.

Dalam penelitian yang terbit di jurnal Nature Microbiology, Senin (6/4/2020), salah satu komponen penting dalam petrikor adalah senyawa yang disebut geosmin.

Hampir semua spesies Streptomyces melepaskan geosmin ketika mereka mati, tetapi sampai sekarang belum jelas mengapa bakteri itu menghasilkan aroma khas ini.

"Fakta menunjukkan jika ada keuntungan saat bakteri melepaskan geosmin. Dan yang paling jelas adalah beberapa hewan atau serangga mungkin membantu mendistribusikan spora Streptomyces," jelas Mark Buttner, peneliti dalam studi ini.

Kesimpulan tersebut didapat usai para peneliti melakukan percobaan lapangan serta laboratorium.

Hasil analisis pun menunjukkan jika serangga springtail terpikat dengan aroma geosim yang dihasilkan dari bakteri.

Selanjutnya serangga-serangga itu menggunakan antena pada tubuhnya untuk mengambil geosim.

Selama penelitian, tim peneliti menemukan bahwa serangga yang memakan bakteri ikut membawa serta spora yang tertempel pada tubuh mereka.

Saat serangga menuju ke tempat lain, spora akhirnya ikut tersebar.

Hubungan simbiotik inilah yang menjadi kunci kelangsungan hidup Streptomyces.

Baca juga: Pohon Ini Sangat Beracun, Bahkan Jika Kita Berdiri di Bawahnya saat Hujan

"Ada hubungan yang saling menguntungkan. Springtail mendapatkan makanan dari Streptomyces dan mendistribusikan spora ke berbagai tempat," tambah Buttner dilansir New Atlas, Senin (7/4/2020).

Streptomyces sendiri merupakan kelompok actinobacteria terbesar dengan lebih dari 500 spesies dalam satu genus. Bakteri ini pada umumnya ditemukan di tanah serta tumbuh-tumbuhan yang membusuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber New Atlas
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com