Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2020, 08:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Tes polymerase chain reaction (PCR) digadang-gadang menjadi solusi akurat untuk menguji infeksi virus corona. Sebab, rapid test Covid-19 hanya menguji ada dan tidaknya virus.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Profesor Amin Soebandrio mengatakan rapid test sebetulnya hanya menguji antibodi pasien.

Tes ini hanya menguji, apakah seseorang memiliki infeksi virus corona atau tidak.

"Namun, jika hasilnya (rapid test) menunjukkan negatif, belum tentu orang yang bersangkutan tidak memiliki virus," kata Prof Amin kepada Kompas.com, Kamis (2/4/2020).

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Teknologi PCR Temuan Mullis untuk Hadapi Corona

Tingkat sensitivitas rapid test dalam menguji sampel virus, hanya sekitar 70 persen, meski beberapa menyebut sensitivitasnya dapat mencapai 90 persen.

Prof Amin mengatakan di masyarakat, rapid test dilakukan untuk mendeteksi orang-orang yang mungkin membawa virus corona, tetapi tidak memiliki gejala.

"Atau mereka yang memiliki gejala ringan (Covid-19). Jadi dengan rapid test ini, diharapkan bisa dideteksi," sambung dia.

Sedangkan tes PCR dapat dilakukan beberapa hari setelah rapid test corona.

Baca juga: Sembuh dari Covid-19, Menurut WHO ini Rerata Waktu Penyembuhan Corona

Apabila seseorang terdeteksi positif, namun tidak memiliki gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan, maka orang tersebut akan diminta melakukan self quarantine (karantina mandiri).

Prof Amin menjelaskan karantina ini akan dilakukan selama 14 hari dan setelah itu, baru dilakukan tes PCR untuk lebih memastikan hasilnya.

"Tetapi kalau dites lagi dengan rapid test, tidak bisa dibandingkan kadarnya. Karena rapid test itu kan, kualitatif, hanya menunjukkan ada dan tidaknya virus," jelasnya.

Tes PCR dinilai lebih baik dan memiliki akurasi yang lebih tepat. Prof Amin juga mengatakan tes ini disarankan untuk dapat dilakukan dua kali, dengan jeda waktu dua hari.

"Kalau dua kali berturut-turut hasilnya negatif, maka (pasien) aman dari virus (corona)," imbuh dia.

Kapasitas tes PCR masih terbatas

Kendati dinilai sebagai tes yang lebih akurat, namun kapasitas laboratorium yang menguji sampel pasien positif virus corona, masih terbatas.

Prof Amin mengakui metode-metode tes PCR saat ini sudah mulai banyak yang relatif sederhana dan lebih cepat.

Baca juga: Kasus Corona Bertambah, Tes Rapid PCR Bisa Lebih Dini Temukan Pasien

"Walaupun kapasitas pemeriksaannya hanya 1 tes, 1 tes saja. Tetapi itu cocok untuk daerah-daerah di mana tidak ada fasilitas laboratorium khusus dan jumlah kasusnya juga tidak terlalu banyak. Metode ini bisa dipakai," ungkap Prof Amin.

Akan tetapi, dia tak menampik dengan jumlah kasus dan sampel yang harus dites sangat banyak, metode ini agak kurang praktis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com