Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/03/2020, 16:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Sejak Desember 2019 lalu, wabah virus corona jenis baru yaitu SARS-CoV-2 ini melanda masyarakat Wuhan, China. Saat ini sudah lebih dari 190 negara yang juga terjangkit wabah Covid-19 ini, termasuk Indonesia.

Setiap negara sedang sibuk menyiapkan berbagai strategi dalam menangani virus yang disebutkan mudah sekali menyebarnya melalui droplet ini.

Beberapa negara berhasil menekan angka laju penularan dan juga angka kematian dari Covid-19 ini. Namun, beberapa negara lainnya justru sedang mengalami masa kritis dengan jumlah kasus konfirmasi dan kematian akibat Covid-19 ini meningkat.

Lantas apa yang bisa dipelajari dari strategi berbagai negara dalam menghadapi wabah Covid-19 ini?

Baca juga: Update Corona 31 Maret: 785.797 Kasus di 200 Negara, 165.659 Sembuh

Disampaikan oleh Epidemilogist Researcher Imperial College London, Dr Dian Kusuma, dari strategi penanganan wabah virus corona dari banyak negara, kita bisa belajar bagaimana mencari alternatif dan strategi yang sesuai dengan Indonesia agar tidak terlanjur krisis dari banyak aspek akibat wabah Covid-19.

Berikut beberapa negara dan pelajaran yang bisa dijadikan pola pandang baru dalam memutuskan strategi mengatasi wabah Covid-19 saat ini.

1. Italia

Mengurangi bias komunitas

Di awal wabah ini menyebar antar manusia di Wuhan, hingga hadir di Italia, masyarakat dan pemangku kebijakan agak meragukan atau skeptis apakah Covid-19 ini berbahaya.

Kendati para ahli saintis juga sudah memberikan peringatan, wabah virus corona yang menyebabkan Covid-19 ini akan menjadi masalah besar, berdasarkan modeling kasus-kasus harian.

Baca juga: Jumlah Pasien Corona Bertambah, Kapan Harus Curiga Gejalanya?

Oleh sebab itu, apabila sudah melakukan modeling dari berbagai aspek dan jika memang berpotensi katrastrofik, maka seharusnya segera mengambil tindakan walaupun tindakan itu bersifat besar dan drastis misalnya karantina parsial.

"Jadi penting bagi kita semua untuk mengurangi bias ini," kata Dian dalam diskusi online bertajuk Covid-19: Tantangan Saat Ini dan Alternatif Solusi Berbasis Bukti oleh Mata Garuda, Senin (30/3/2020).

Hindari solusi yang sedikit

Solusi yang sedikit-sedikit, dimaksudkan Dian adalah pembatasan awal yang dilakukan Italia tidak langsung menutup provinsi yang terdampak, mereka hanya membatasi gerak masyarakat tapi tidak signifikan.

"Mungkin saat itu mereka tidak tahu, kalau tahu bakal (bisa) separah sekarang mungkin akan lockdown waktu dulu (awal ada kasus infeksi)," kata Dian.

Jadi, memerhatikan modeling dan penyebaran penyakitnya dianggap penting untuk memutuskan kebijakan dalam mengatasi kasus Covid-19 ini.

Baca juga: Gejala Covid-19 Sembuh, Pasien Masih Berpotensi Tularkan Virus Corona

2. Korea Selatan

Pelajaran yang didapatkan dari Korea Selatan adalah melakukan pemeriksaan sebanyak 400.000 orang dengan cara drive-thru, sehingga bisa mengetahui beban penyakit dan lokasinya.

Untuk diketahui, cara tes virus corona drive-thru yang dimaksudkan adalah pasien datang menggunakan mobil, mengisi formulir dan dapat hasil tesnya.

Jika pasien dilakukan rapid tes, maka hasilnya akan diterima langsung setelah tes usai. Sementara, jika dilakukan tes laboratorium hasilnya bisa didapatkan dalam sehari.

Hal ini disebutkan memudahkan social distancing atau physical distancing kepada masyarakat dan ada aplikasi peringatan terkait jarak dengan area terjangkit atau memasuki kawasan orang positif Covid-19.

"Sayangnya cuma Korea Selatan yang bisa begini," ujarnya.

Baca juga: Peneliti Kembangkan Model Matematika Baru untuk Lacak Epidemi Corona

3. Jerman

Jerman menjadi negara yang angka kematian akibat Covid-19 ini rendah. Hal ini dikarenakan, Jerman melakukan pemeriksaan secara signifikan atau dalam jumlah banyak.

Sehingga pasien-pasien yang memiliki gejala ringan infeksi virus corona atau sedang sekalipun bisa langsung mendapatkan penanganan secara tepat.

"Jerman melakukan testing (virus corona) banyak sekali. Matematika sederhananya, kalau perbanyak yang dites. Jadi angka kematiannya kecil karena kasus-kasus ringan teridentifikasi," ujar dia.

4. Inggris

Berbeda dengan Jerman, dalam mengatasi wabah Covid-19 ini, Inggris justru hanya memeriksa pasien yang memang membutuhkan bantuan medik. Makanya, tingkat fatality rate di Inggris lebih tinggi.

Selain itu, di Inggris juga menerapkan isolasi kepada kelompok rentan yang berusia diatas 60 tahun.

Baca juga: Data Membuktikan, Anak Muda Tidak Kebal Virus Corona

 

Sebab, seseorang yang berusia di atas 60 tahun jika terkena infeksi, maka komplikasi yang terjadi bisa lebih berat di mana memang telah memiliki komorbiditas lebih berat.

"Jadi jaga orang tua kita agar jangan sampai kena, dan bukan berarti yang (usia) muda tak masalah kena (infeksi). Tapi kalau anak muda yang kena, bisa menularkan ke orang tuannya juga, meski (anak muda itu) gak ada gejala," jelas dia.

Baca juga: Angka Kematian Akibat Virus Corona di Indonesia Tinggi, Apa Sebabnya?

5. China

Pentingnya Alat Pelindung Diri (APD)

APD ini sangat penting bagi tenaga kesehatan agar tidak mengalami transmisi virus corona yang bisa menular melalui droplet ke mukosa mata, hidung dan mulut.

"Pentingnya perlindungan petugas kesehatan jadi enggak tertular. Kalau tertular makin berkurang tenaga kesehatan yang bisa membantu pasien Covid-19," tuturnya.

Sehingga diharapkan bantuan pemerintah dan swasta untuk memberikan bantuan.

Melindungi kelompok rentan

Dalam kasus wabah yang mengancam kesehatan dan jiwa manusia banyak ini. Kelompok yang dianggap rentan seperti tenaga kesehatan, geriartri atau lanjut usia perlu mendapat perlindungan yang optimal.

Bukan berarti, orang yang muda tidak berpotensi tertular virus corona. Melainkan pada kelompok rentan seperti orang tua, komplikasi yang timbul akibat Covid-19 ini bisa jadi lebih berat.

Baca juga: Virus Corona Paling Menular di Minggu Pertama Gejala, Ini Penjelasannya

Karantina wilayah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan biostatistik Harvard yang menggunakan 25.000 data di Wuhan, menunjukkan karantina wilayah ini mengurangi angka R, yakni kemampuan virus untuk menularkan, dari 3,88 menjadi 1,25.

Contohnya, bila 1 orang bisa mentransmisikan atau menularkan ke 4 orang, maka dengan karantina wilayah orang yang tertular berkurang menjadi 2 orang. Meskipun untuk menghilangkan Covid-19, maka R harus di bawah 1.

Karantina wilayah ini dilakukan dengan social distancing (jaga jarak aman) atau physical distancing dan juga pelarangan bepergian ke luar selama virus corona masih mewabah. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com