Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Berbagai Penyebab Sakit Kepala dari Rasa Sakitnya

Kompas.com - 29/03/2020, 17:03 WIB
Imamatul Silfia,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber WebMD

KOMPAS.com - Ada banyak hal yang dapat menyebabkan sakit kepala, di antaranya stres, kurang tidur, alergi, tegang mata, mabuk, bekas kecelakaan atau trauma, hormon saat menstruasi, serta olahraga yang terlalu keras atau terlalu lama.

Selain itu, sakit kepala juga bisa disebabkan oleh masalah asupan gizi, misalnya ketika Anda kelaparan, dehidrasi, atau juga bisa karena kafein yang Anda konsumsi.

Sakit kepala juga bisa disebabkan oleh masalah medis seperti saat Anda menghentikan obat anti-sakit kepala, pembekuan otak, dan gangguan sendiri rahang (TMJ) yang memunculkan bunyi 'klik' pada rahang Anda.

Dari rasa sakitnya, berikut adalah berbagai penyebab sakit kepala:

Baca juga: Sains Jelaskan Kenapa Merokok Bikin Sakit Kepala Migrain

1. Rasa sakit yang berdenyut

Jika sakit kepala Anda berdenyut dan berlangsung selama beberapa saat, atau disertai mual dan perubahan dalam indera penglihatan atau lainnya, kemungkinan besar itu merupakan migrain.

Biasanya migrain menyebabkan rasa sakit di salah satu bagian kepala, namun tidak semua orang merasakan hal serupa.

Meskipun jarang terjadi, migrain mungkin dapat mengakibatkan pilek dan mata berair, sehingga orang-orang salah menganggapnya sebagai infeksi sinus.

Cahaya serta suara yang bising dapat memperburuk kondisi migrain.

Beberapa hal yang juga dapat menyebabkan migrain (akan tetapi kemungkinannya kecil) adalah penyakit autoimun seperti radang sendi, hemicrania continua atau sakit kepala sebelah yang tidak pernah berhenti, dan tumor otak.

2. Sakit yang tajam

Rasa sakit yang tajam, membakar, dan hanya terjadi pada satu sisi kepala serta datang dengan cepat dan tidak berlangsung lama merupakan ciri-ciri sakit kepala sebelah. Apalagi jika terjadi secara berulang dan berlangsung selama beberapa hari.

Jenis ini cenderung menurun dalam keluarga. Jadi, jika salah satu anggota keluarga memiliki sakit kepala sebelah, kemungkinan anggota keluarga yang lain juga akan mengalami hal yang sama.

Sakit kepala sebelah juga dapat membuat Anda pilek, pengap, berkeringat, serta mata berair.

3. Sakit kepala dengan gejala demam

Jika sakit kepala Anda disertai dengan demam atau tekanan di wajah, mungkin itu adalah gejala sinus. 

Baca juga: Kerap Sakit Kepala Setelah Makan? Ini Penyebab dan Cara Mencegahnya

Jenis ini hampir mirip dengan sakit kepala jenis lainnya, namun jenis ini tidak terlalu umum.

4. Serangan tersentak, tajam, dan seperti sengatan listrik

Hal-hal tersebut merupakan gejala neuralgia oksipital dan biasanya hanya terjadi beberapa menit atau detik. Ini merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh saraf terjepit atau rusak yang membentang dari sumsum tulang belakang ke kulit kepala Anda.

5. Serangan tiba-tiba seperti disambar petir

Stroke, aneurisma, atau perdarahan akan terasa seperti "disambar petir" yang sangat menyakitkan. Jika Anda merasa seperti, segeralah minta bantuan medis.

Akan tetapi, jika rasa sakitnya tidak datang tiba-tiba dan tidak menyebabkan sakit yang parah, kemungkinan itu hanya sakit kepala biasa.

Cara menangani sakit kepala

Untuk sakit kepala biasa dan migrain, obat yang biasa dijual bebas atau obat OTC (over the counter) yang mengandung asetaminofen, aspirin, atau ibuprofen bisa membantu meringankan sakit yang Anda rasakan.

Namun, migrain dan sakit kepala sebelah yang berulang atau menyebabkan rasa sakit yang parah lebih sulit untuk ditangani. Jika obat OTC tidak bekerja dengan baik, diskusikan dengan dokter Anda mengenai resep obat yang lebih kuat dan pencegahannya.

Perlu Anda ingat bahwa mengonsumsi obat OTC dalam jangka panjang dapat membuat Anda merasakan sakit kepala yang berlebihan.

Obat pereda rasa sakit, dekongestan, dan antihistamin mungkin dapat meringkankan sakit kepala yang disebabkan oleh sinus. Namun, obat-obatan ini juga dapat menyebabkan efek samping yaitu infeksi.

Untuk rasa sakit yang disebabkan nyeri saraf atau penyakit autoimun, Anda harus mendiskusikannya dengan dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber WebMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com