Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Hoaks atau Fakta, Vitamin C Bisa Sembuhkan Virus Corona?

Kompas.com - 23/03/2020, 13:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Peter McCaffery


VITAMIN C adalah obat yang umum digunakan orang karena dipercayai mampu menyembuhkan flu biasa.

Meski ia membantu menjaga daya tahan tubuh kita, tidak ada bukti bahwa ia dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit ini secara substansial.

Namun di tengah pandemi coronavirus jenis baru, beberapa “influencer” mengklaim bahwa mengkonsumsi vitamin C dalam dosis yang sangat tinggi dapat menyembuhkan Covid-19 (penyakit yang disebabkan oleh coronavirus baru tersebut).

Lalu, benarkah klaim bahwa vitamin C dapat menyembuhkan coronavirus?

Mempertimbangkan coronavirus terbaru ini masih berada di dalam kategori virus yang sama – yakni coronavirus – seperti flu biasa, maka tidak mungkin mengkonsumsi vitamin C akan mencegah atau menyembuhkan infeksi Covid-19.

Saya pernah menulis sebelumnya bahwa mengkonsumsi vitamin C untuk menyembuhkan flu biasa adalah gagasan yang dipopulerkan oleh kimiawan yang telah dua kali memenangkan Hadiah Nobel, Linus Pauling, dan kemudian dipromosikan oleh industri diet suplemen.

Sayangnya, sejak klaim Pauling tersebut pada 1970-an, nyaris tidak ada bukti pendukung.

Vitamin atau “vital-amines” pertama kali ditemukan pada awal abad ke-20 sebagai elemen yang hadir dalam kadar rendah di asupan kita sehari-hari dan berperan vital bagi kesehatan. Tentu, orang yang kekurangan vitamin tertentu akan mengalami penyakit.

Misalnya, orang yang kekurangan vitamin C akan terkena skorbut. Namun, baru pada awal 1930-an bahwa skorbut disebabkan oleh kurangnya vitamin C dalam tubuh, dan konsumsi vitamin dapat menyembuhkan kita dari penyakit tersebut.

Ilmu nutrisi lahir seiring dengan penemuan vitamin, dan telah berkembang sebagai industri yang kompetitif dan tanpa regulasi, yang kerap menawarkan “fakta ilmiah” yang tidak kalah saing dengan informasi palsu demi mengejar keuntungan finansial semata: pandemi coronavirus terbaru ini hanyalah contoh terbaru.

Artikel-artikel menyesatkan tersebut telah menyebar dengan cepat, dan kemungkinan menjadi penyebab kelangkaan pasokan vitamin C di Asia dan meningkatkan permintaan akan vitamin C dan multivitamin sebanyak lima kali lipat di Singapura.

Fungsi daya tahan tubuh

Vitamin C berperan penting dalam menjaga keseimbangan “redoks” dalam jaringan tubuh – ini adalah jenis reaksi dalam sel yang bertujuan menambah atau memindahkan oksigen, dan penting bagi banyak proses seperti menghasilkan energi bagi sel-sel tubuh.

Reaksi yang sama juga dapat menghasil produk yang berbahaya bagi tubuh – seperti spesies oksigen reaktif, yang bereaksi dengan lipid (lemak), protein, dan asam nukleat. Vitamin C dapat mengurangi reaksi berbahaya tersebut. Ia juga membantu enzim dalam membangun kolagen, yang diperlukan untuk menjaga jaringan tubuh kita.

Meski vitamin C tidak memiliki kemampuan ajaib untuk menyembuhkan penyakit, beberapa penelitian menunjukkan ia dapat membantu sistem daya tahan tubuh melawan bakteri dan virus.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com