Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2020, 19:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kemungkinan penularan virus corona melalui udara atau airborne. Sementara, saat ini social distancing mulai digerakkan untuk meminimalisir penularan Covid-19.

Lantas, mungkinkah virus corona dapat menyebar lewat udara?

Jawabannya, mungkin saja virus ini dapat menular melalui udara. Meski jaga jarak sosial atau social distancing telah dilakukan, kemungkinan risiko penularan masih dapat terjadi.

Bahkan orang tanpa gejala inveksi Covid-19, dapat menularkannya. Melansir Women's Health, Kamis (19/3/2020), karena ini adalah virus corona baru, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengakui masih terus dilakukan studi untuk melihat karakteristik virus corona, SARS-CoV-2 ini.

Baca juga: Petugas Medis Berisiko Terpapar Covid-19 lewat Udara, Ini Sebabnya

Di antaranya dari bagaimana penyebarannya, tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan dan sejauh mana penyebarannya.

Kemungkinkan penyebaran virus corona di udara dapat saja terjadi. Hal itu juga disampaikan oleh Dr Maria van Kerkhove, Head of Emerging Diseases and Zoonosis Unit WHO.

WHO memperingatkan penularan Covid-19 dari udara bagi para petugas medis.

Oleh karena itu, Van Kerkhove mengingatkan adanya risiko paparan virus corona melalui udara, saat petugas medis melakukan prosedur seperti intubasi.

Kendati demikian, penting untuk dicatat, penularan udara dapat berarti hal yang berbeda bagi orang-orang, bahkan bagi para ahli.

Baca juga: Virus Corona Bencana Nasional, 4 Hal Penting untuk Hindari Penularan Baru

Sebab, menurut Natasha Bhuyan, MD, seorang spesialis penyakit menular dan dokter di Phoenix, Arizona, secara umum, patogen dianggap dapat menyebar di udara melalui partikel yang lebih kecil.

Partikel tersebut dapat bertahan di udara untuk jangka waktu yang cukup lama.

Pada umumnya, lama persisnya partikel virus berada di udara sebelum akhirnya menghilang, tergantung pada berbagai faktor.

"Termasuk di antaranya suhu dan kelembapan daerah, dan lain sebagainya," ungkap Rishi Desai, MD, mantan petugas dinas intelijen epidemi di divisi penyakit virus di CDC.

Partikel virus corona bertahan dalam aerosol

Apabila melihat kembali Covid-19 secara spesifik, orang yang terinfeksi virus penyakit ini, saat batuk atau bersin, droplet atau percikan cairan akan keluar dari hidung dan mulut.

Dr. Desai menjelaskan kemungkinan partikel tersebut dapat saja bertahan lama di udara di sekitar pasien tersebut.

Namun, para ahli belum dapat menjelaskan durasi waktu secara konkret, berapa lama tepatnya itu akan bertahan di udara.

Baca juga: Tentang Virus Corona Covid-19, Apa Itu Istilah ODP, PDP, dan Suspek?

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan Rabu (18/3/2020) di New England Journal of Medicine, para peneliti menemukan virus corona, SARS-CoV-2 yang keluar melalui droplet saat batuk atau bersin, tetap stabil dalam bentuk aerosol selama tiga jam.

Kendati demikian, ada baiknya diperlukan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini. Selain aerosol, perlu juga melihat apakah virus corona juga bertahan jika terpapar pada plastik, tembaga dan beberapa zat lain.

"Hasil penelitian ini, kami menunjukkan bahwa transmisi aerosol yang mengandung virus corona, SARS-CoV-2 cukup masuk akal. Sebab, virus dapat tetap hidup dan menular di aerosol selama berjam-jam," ungkap penulis penelitian ini.

Baca juga: Baru Pulang dari Kota Terjangkit Corona, Haruskah Karantina Mandiri?

Bahkan, jika bekas partikel virus di udara saat pasien bersin atau batuk dapat bertahan berjam-jam di udara, maka kemungkinan masih ada partikel yang tertinggal hanya mencapai sekitar 2 meter dari titik asal.

Jadi, seperti dinyatakan CDC, transmisi udara dari orang ke orang dalam jarak yang jauh tidak mungkin terjadi.

Perlu diketahui tentang transmisi virus dari orang ke orang, seseorang mungkin tidak tahu kalau mereka memiliki virus corona. Sebab, mereka juga tidak menunjukkan adanya gejala terinfeksi virus ini. 

Namun, mereka masih mungkin bisa menularkannya, yakni melalui droplet atau percikan, baik saat bernapas maupun berbicara dengan orang-orang di sekelilingnya.

"Jadi taruhan teraman Anda adalah tinggal sekitar 2 meter jauhnya dari semua orang, sebanyak yang Anda bisa," kata Dr. Bhuyan.

Virus campak, contohnya, dapat hidup di udara hingga dua jam setelah orang yang terinfeksi keluar.

Baca juga: Tes PCR untuk Virus Corona, Benarkah Lebih Efektif Deteksi Covid-19?

Sedangkan virus corona, MERS yang muncul pada 2012 di Timur Tengah, juga ditemukan dalam bentuk infeksi yang diambil dari sampel udara di rumah sakit tempat pasien dirawat.

Namun, hingga saat ini, penelitian baru terus muncul tentang bagaimana Covid-19 menyebar dan masih banyak yang harus dipelajari tentang penyebaran virus corona, SARS-CoV-2 ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com