Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gangguan Tidur Berdampak pada Kesehatan, Mulai Pusing sampai Pikun

Kompas.com - 15/03/2020, 13:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang mengalami gangguan tidur, tapi hanya sedikit yang menyadarinya. Padahal, gangguan tidur berdampak pada kondisi kesehatan.

Ada berbagai macam jenis gangguan tidur. Mulai dari tersedak atau terengah-engah saat tidur, mendengkur keras atau ngorok dan terus-menerus, kelelahan berlebihan, dan konsentrasi yang buruk di siang hari.

Dokter ahli syaraf dan praktisi kesehatan tidur, dr. Rimawati Tedjasukmana mengatakan, gangguan tidur dengan gejala itu disebut dengan Obstructive Sleep Apnea (OSA).

OSA menjadi suatu kondisi yang jarang sekali didiskusikan dan seringkali tidak terdeteksi. Padahal, orang dengan kondisi yang disebutkan di atas banyak dialami masyarakat saat tidur di malam hari.

Baca juga: Hampir 50 Persen Orang Dewasa Asia-Pasifik Susah Tidur, Kok Bisa?

Di Indonesia belum ada data formal mengenai gangguan tidur.

Namun menurut Rimawati yang juga pendiri dan delegasi dari Indonesia Society of Sleep Medicine (INA-Sleep), ada kenaikan jumlah pasien yang mengalami gangguan tidur saat ini.

Sementara, data survei global yang dilakukan oleh Philips dengan melibatkan 13.004 orang dewasa di 13 negara Asia-Pasifik (APAC), terdapat lebih dari seperempat atau mencapai 29 partisipan percaya mereka berisiko terkena OSA.

Namun, 26 persen dari partisipan takut mengambil tes tidur karena mereka tidak ingin tahu apakah mereka memiliki OSA atau tidak.

Akibat gangguan tidur

Penyakit OSA ini ditandai dengan interupsi ulang dalam bernafas selama siklus tidur. Hal ini mencegah oksigen ke paru-paru.

“Kurangnya tidur berkualitas dapat menyebabkan penurunan kinerja, sakit kepala, gangguan ingatan, penyakit jantung dan pembuluh darah, gangguan sistem kekebalan tubuh, hingga demensia,” ujar Rimawati.

Ironisnya, kata Rimawati, banyak dari pasien yang tidak terlali memperdulikan kualitas tidur sampai mereka akhirnya mengalami berbagai masalah kesehatan tersebut.

Meskipun faktor-faktor eksternal dapat diubah untuk meningkatkan kualitas tidur, terdapat beberapa kondisi yang berada di luar kontrol manusia.

Tahun ini, laporan responden menunjukkan penurunan angka insomnia, mendengkur, gangguan tidur karena jadwal kerja serta sakit kronis.

Baca juga: Studi: Bentuk Lidah Bisa Pengaruhi Gangguan Napas saat Tidur

Namun angka sleep apnea tetap konsisten seperti tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2019 mencapai 10 persen dan tahun 2020 mencapai 9 persen.

Dari semua responden yang menyatakan menderita sleep apnea, 51 persen mengatakan bahwa sleep apnea mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain.

"Tetapi 48 persen orang dengan sleep apnea mengatakan bahwa tidur nyenyak merupakan hal di luar kendali mereka, meskipun ada berbagai solusi untuk mengobatinya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com