Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Pembunuh Balita di Sawah Besar, Seberapa Pengaruh Film dalam Aksi Sadisnya?

Kompas.com - 10/03/2020, 19:30 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com - Seorang anak berinisial NF (15) secara sadis membunuh tetangganya sendiri, seorang bocah berinisial APA (5). Pembunuhan tersebut terjadi di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).

Pembunuhan tersebut tergolong sadis. Korban dibunuh dengan cara ditenggelamkan dalam bak mandi, dicekik, dan dimasukkan ke dalam lemari pakaian si pelaku.

Baca juga: Remaja Pembunuh di Sawah Besar, Kenali Tanda-tanda Psikopatik pada Anak

Kepada Kompas.com, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan bahwa tersangka kerap menonton film bergenre horor atau film dengan adegan sadis (thriller).

Salah satunya yakni Chucky, film tentang boneka pembunuh yang populer pada tahun 1980-an. Film tersebut menjadi inspirasi bagi NF untuk membunuh APA.

Tanda-tanda psikopatik

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dr Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ mengatakan besar kemungkinan pelaku yang beranjak remaja tersebut seorang psikopat.

“Ada tanda-tanda psikopatik. Salah satunya antisosial. Dia berani melawan aturan, tidak punya empati, tidak bisa merasakan sekeliling dan merasakan orang-orang sekitar,” tutur Dharmawan kepada Kompas.com, Selasa (10/3/2020).

Gejala psikopatik lainnya yang bisa dilihat, lanjut Dharmawan, adalah sikap memanipulasi keadaan.

Baca juga: Remaja Pembunuh di Sawah Besar Terinspirasi Film, Ini Penjelasan Psikolog

“Salah satu gejalanya dia suka menyakiti binatang. Hal ini sudah bisa dilihat dari usianya kecil sekali, sekitar 4 tahun. Biasanya dari kecil sudah mulai terlihat dia suka lempar binatang, mengelus kemudian mencekik binatang, itulah tanda-tanda psikopatik,” lanjutnya.

Ada atau tidaknya tanda-tanda psikopatik ini merupakan bawaan sejak lahir. Dharmawan menjelaskan bahwa ada beberapa bagian pada otak yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

“Ada area otak yang berhubungan dengan fungsi otaknya seperti orbitofrontal cortex, insular cortex, parahippocampal gyrus. Ada disfungsi pada area-area tersebut dan bisa dilihat lewat fungsional MRI dan CT Scan. Jadi (tanda psikopatik) memang bawaan,” lanjut ia.

Baca juga: Untuk Semua Orangtua, Pola Asuh Salah Bakal Picu Anak Jadi Psikopat

Bisa jadi bawaan tersebut juga berasal dari limbic, sebuah area pada otak yang mengatur emosi.

“Pasien psikopat punya kecenderungan agak tumpul perasaannya. Agak lamban dalam hal sesuatu yang membangkitkan emosi. Hal itu juga terlihat pada kasus anak ini,” tambah Dharmawan.

Karakter Chucky dalam film.ROTTEN TOMATOES Karakter Chucky dalam film.

Pengaruh film

Dharmawan mengatakan, pada dasarnya jika seseorang tidak memiliki kelainan jiwa seperti psikopat, film tidak akan berpengaruh terhadap kehidupannya.

“Banyak yang menonton film horor, tapi tidak sampai kayak dia (pelaku). Pelaku memiliki kelainan dalam memproses informasi dan perasaan. Untuk orang lain, menonton film genre horor atau thriller hanya untuk meningkatkan adrenalin sesaat,” paparnya.

Baca juga: Kenali Gejala Psikopat sejak Usia 3 Tahun

Dalam kasus ini, lanjut Dharmawan, film memang menjadi pemicu (trigger) untuk mengeksekusi dorongan psikopatiknya.

Selain film, banyak hal lain yang menjadi pemicu dilakukannya pembunuhan sadis tersebut. Antara lain faktor lingkungan dan faktor pengawasan dari orangtua.

Oleh karena itu, Dharmawan menekankan, orangtua harus melakukan pendampingan dengan seksama.

"Jika orangtua melakukan pendampingan dengan seksama, membawa anaknya ke psikolog atau psikiater jika perilakunya menyimpang, maka tanda-tanda psikopatik pada anak akan bisa dikendalikan," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com