Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Pembunuh Balita di Sawah Besar, Kenali Tanda-tanda Psikopatik pada Anak

Kompas.com - 10/03/2020, 12:02 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Seorang remaja berinisial NF (15) secara sadis membunuh tetangganya sendiri, seorang bocah berinisial APA (5). Pembunuhan tersebut terjadi di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).

Pembunuhan tersebut tergolong sadis. Korban dibunuh dengan cara ditenggelamkan dalam bak mandi, dicekik, dan dimasukkan ke dalam lemari pakaian si pelaku.

Baca juga: Remaja Pembunuh di Sawah Besar Terinspirasi Film, Ini Penjelasan Psikolog

Keterangan awal tersangka kepada polisi, ia mengaku merasa puas setelah membunuh korban.

Tanda-tanda psikopatik

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dr Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang didapatkan, besar kemungkinan pelaku yang beranjak remaja tersebut seorang psikopat.

“Ada tanda-tanda psikopatik. Salah satunya antisosial. Dia berani melawan aturan, tidak punya empati, tidak bisa merasakan sekeliling dan merasakan orang-orang sekitar,” tutur Dharmawan kepada Kompas.com, Selasa (10/3/2020).

Gejala psikopatik lainnya yang bisa dilihat, lanjut Dharmawan, adalah sikap memanipulasi keadaan.

Baca juga: Psikopat Ternyata Bisa Memahami Perasaan Orang Lain, Asal...

“Salah satu gejalanya dia suka menyakiti binatang. Hal ini sudah bisa dilihat dari usianya kecil sekali, sekitar 4 tahun. Biasanya dari kecil sudah mulai terlihat dia suka lempar binatang, mengelus kemudian mencekik binatang, itulah tanda-tanda psikopatik,” lanjutnya.

Ada atau tidaknya tanda-tanda psikopatik ini merupakan bawaan sejak lahir. Dharmawan menjelaskan bahwa ada beberapa bagian pada otak yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

“Ada area otak yang berhubungan dengan fungsi otaknya seperti orbitofrontal cortex, insular cortex, parahippocampal gyrus. Ada disfungsi pada area-area tersebut dan bisa dilihat lewat fungsional MRI dan CT Scan. Jadi (tanda psikopatik) memang bawaan,” lanjut ia.

Baca juga: Untuk Semua Orangtua, Pola Asuh Salah Bakal Picu Anak Jadi Psikopat

Bisa jadi bawaan tersebut juga berasal dari limbic, sebuah area pada otak yang mengatur emosi.

“Pasien psikopat punya kecenderungan agak tumpul perasaannya. Agak lamban dalam hal sesuatu yang membangkitkan emosi. Hal itu juga terlihat pada kasus anak ini,” tambah Dharmawan.

Peran orangtua

Meski psikopat merupakan bawaan anak sejak lahir, namun orangtua menjadi peran kunci. Dharmawan menjelaskan, sejak anak masih kecil, orangtua sudah harus mengetahui sifat-sifat dasarnya.

“Orangtua harus tahu sifat-sifat anaknya ke mana. Jika tampak menyimpang, orangtua bisa mengintervensi dan supervisi. Dalam kasus anak ini saya tidak tahu kondisi keluarganya seperti apa, apakah kedua orangtuanya sibuk, saya tidak tahu,” papar ia.

Baca juga: Kenali Gejala Psikopat sejak Usia 3 Tahun

Orangtua yang membimbing anaknya, lanjut Dharmawan, bisa mengendalikan tanda-tanda psikopatik pada anak.

“Dari kasus ini bisa dilihat mungkin dengan dia (pelaku) mau mengaku ke polisi, itu bagian yang diajarkan dan pengasuhan orangtuanya,” lanjutnya.

Jika orangtua melakukan pendampingan dengan seksama, membawa anaknya ke psikolog atau psikiater jika perilakunya menyimpang, maka tanda-tanda psikopatik pada anak akan bisa dikendalikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com