Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Penolakan Vaksin Turun Drastis Akibat Corona, Kajian Megathrust Sukabumi Perlu Mitigasi

Kompas.com - 10/03/2020, 09:02 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Pada Senin (9/3/2020), berita tentang virus SARS-CoV-2 masih mendominasi.

Apalagi sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa jumlah pasien Covid-19 di Indonesia bertambah menjadi 19 orang.

Selain itu, berita populer lainnya di kanal Sains berkaitan dengan zona megathrust yang katanya berpotensi mendatangkan tsunami besar di Sukabumi.

Berikut rekap dua berita terpopuler kanal Sains pada Senin (9/3/2020).

Wabah Covid-19 Membuat Penolakan Vaksinasi Turun Drastis

Riset terbaru yang dilakukan oleh Iim Halimatusa’diyah menyebutkan bahwa ketika ada situasi darurat seperti wabah penyakit di Indonesia, tingkat penolakan terhadap imunisasi cenderung lebih rendah dibandingkan jika tidak ada wabah tertentu.

Hal itu dibuktikan oleh peneliti melalui survei online pada 2018. Survei tersebut memang tidak spesifik membahas tentang Covid-19, karena saat itu belum ada wabah ini. Riset tersebut dilatarbelakangi oleh munculnya wabah difteri di berbagai wilayah Indonesia pada 2017-2018.

Ilustrasi vaksinasi anak-anak.SHUTTERSTOCK Ilustrasi vaksinasi anak-anak.

Survei dilakukan terhadap 526 responden yang tersebar hampir di semua provinsi di Indonesia, dengan usia antara 17-54 tahun. Peneliti membandingkan sikap responden terhadap imunisasi polio, varisela (vaksin cacar air), DT (diphteria tetanus), dan MR (campak dan rubella) saat ada wabah dan saat tidak ada wabah.

Survei tersebut menunjukkan penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi jauh lebih tinggi saat terjadi wabah penyakit dibanding saat tidak terjadi wabah.

Berita selengkapnya ada di tautan:

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/09/173400623/manfaat-tak-terduga-covid-19-penolakan-vaksinasi-bisa-turun-drastis?page=1

Mitigasi Dini untuk Hadapi Kajian Tsunami Megathrust Sukabumi

Beberapa waktu lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan potensi hasil kajian menunjukkan wilayah pesisir Sukabumi termasuk zona megathrust yang dapat memicu gempa dan tsunami.

Bahkan dari hasil pemodelan peta tingkat guncangan gempa (shakemap) oleh BMKG, dengan skenario gempa berkekuatan M 8,7 di zona megathrust menunjukkan dampak gempa di Sukabumi dapat mencapai skala intensitas VIII-IX MMI yang artinya dapat merusak bangunan.

Meskipun potensi tsunami dan gempabumi di Sukabumi dan sekitarnya merupakan kajian simulasi, tetapi ahli tsunami menegaskan perlunya mitigasi dini.

"Melihat hasil tersebut, yaitu tinggi (tsunami) lebih dari 35 meter dan waktu tibanya yang sangat singkat yaitu 10-20 menit, maka perlu dilakukan mitigasi yang seksama," tutur ahli tsunami Widjo Kongko.

Teluk Ciletuh di Deaa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat. Foto diambil Senin (1/4/2019).KOMPAS.COM/BUDIYANTO Teluk Ciletuh di Deaa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat. Foto diambil Senin (1/4/2019).

Dengan kajian ancaman megathrust dan potensi tinggi-waktu tiba yang singkat, kata Widjo, perlu dilakukan program atau implementasi mitigasi gempabumi tsunami untuk seluruh aktor atau para pihak.

Ada beberapa saran dari Widjo sebagai antisipasi jika potensi gempabumi dan tsunami ini terjadi.

"Antara lain peta ancaman atau landaan tsunami, jalur evakuasi, tempat evakuasi secara detail perlu dibuat," ujarnya.

Berita selengkapnya ada di tautan:

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/09/120200723/kajian-tsunami-megathrust-sukabumi-ahli-sebut-perlu-mitigasi-dini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com