Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesepian Tak Cuma Memicu Depresi, tapi Juga Bikin Cepat Pikun

Kompas.com - 09/03/2020, 13:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Galau dan kesepian bisa dialami semua orang. Tanpa disadari, perasaan tertekan karena dua hal itu dapat menyebabkan stres dan depresi.

Namun, dampak dari kesepian tak cuma stres dan depresi. Rasa sepi juga bisa menjadi faktor risiko Anda mengalami kepikunan atau demensia lebih cepat.

Hal ini disampaikan oleh dokter Saraf, dr. Yuda Turana di Unika Atma Jaya Jakarta.

"Loneliness atau kesepian itu juga biasanya mereka merasa tidak dihargai, tidak diperhatikan. Ini menjadi faktor risiko demensia," kata Yuda, Kamis (5/3/2020).

Baca juga: Remaja Pembunuh di Sawah Besar Terinspirasi Film, Ini Penjelasan Psikolog

Dijelaskan Yuda, kesepian dan kegalauan cenderung membuat orang tersebut mengalami stres dan depresi.

Stres dan depresi itu juga menjadi persoalan yang sangat kompleks. Karena seiring dengan sel-sel yang cenderung menua, hal ini juga bisa memicu berbagai penyakit seperti stroke, tekanan darah tinggi atau hipertensi, serta daya imunitas yang menurun.

Semua risiko di atas seperti tekanan darah tinggi dan daya imunitas yang menurun pada akhirnya memicu demensia atau kepikunan lebih cepat muncul.

"Loneliness itu kan biasanya mereka stres dan depresi, ini bisa menyebabkan penurunan fungsi otak," ujar dia.

Untuk diketahui, kepikunan atau demensia itu disebabkan oleh adanya gangguan pada syaraf yang ada di otak.

Yuda menjelaskan, dalam beberapa penelitian menemukan bahwa kesepian lebih sering dialami oleh mereka yang tinggal di negara maju dibanding negara berkembang.

Penelitian yang dilakukan lebih kepada melihat ikatan sosial antara anak dan orang tua yang demensia.

Baca juga: Ahli: Jangan Maklum dengan Pikun, Itu akibat Pola Hidup Saat Muda

Yuda menerangkan, anak di negara maju jika ditanya apakah akan merawat orangtua yang mengalami kepikunan atau tidak, mereka kebanyakan akan menolak atau memilih menitipkan orangtua ke institusi perawatan khusus lansia.

Hal ini berbeda dengan anak yang tinggal di negara berkembang. Jika ditanya dengan pertanyaan yang sama, kata Yuda, kebanyakan masih memilih untuk merawat orangtua mereka.

"Makanya setiap anak muda akan lebih banyak tantangannya menghadapi demensia. Juga untuk calon-calon lansia harus mempersiapkan diri, upayakan diri sesehat mungkin,"ujar dia.

Saat usia semakin tua, dengan anak yang sedikit ataupun anak yang jauh dari rumah, kata Yuda, ini cenderung membuat orang tersebut semakin merasakan kesepian yang memicu stres dan depresi, di mana juga ini menjadi penyebab cepatnya orang itu mengalami kepikunan.

"Jadi harus tetap sehat sejak muda, biar produktif di usia tua. Daya ingat itu ditunjang oleh otak, dan fungsi otak itu mulai dari usia muda, bukan bicara pada usia 50 tahun ke atas saja,"tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com