Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Saja Risiko pada Tubuh Manusia Saat di Luar Angkasa? (Bagian 1)

KOMPAS.com - Astronot yang menjalankan misi ke luar angkasa, bukan berarti tak menghadapi berbagai risiko. Termasuk pengaruh luar angkasa terhadap tubuh manusia.

Kita tahu bahwa manusia bercita-cita melakukan perjalanan ke Mars dan membangun koloni di sana dalam waktu dekat. Setidaknya NASA menargetkan akan mencapai Planet Merah itu pada tahun 2040.

Namun masih ada hal yang terus dikaji dan teliti hingga sekarang. Apakah tubuh manusia bisa bertahan dalam misi perjalanan luar angkasa yang jauh itu?

Pasalnya, beberapa penelitian menemukan misi luar angkasa jarak jauh dapat berdampak besar pada tubuh manusia.

Risiko lingkungan luar angkasa pada tubuh manusia

Spesies manusia berevolusi untuk tumbuh di Bumi, dalam atmosfer pelindung dan tarikan gravitasinya, bukan untuk bertahan hidup di lingkungan kosmik di luar planet.

Beberapa ilmuwan bahkan mengungkapkan mengunjungi planet lain mungkin akan memerlukan untuk mengubah DNA manusia agar ketahanan kita meningkat terhadap bahaya penerbangan luar angkasa.

Akan tetapi, risiko apa saja yang akan terjadi pada tubuh manusia saat berada di luar angkasa?

Berikut beberapa risiko yang bisa dialami tubuh manusia saat di luar angkasa, di antaranya seperti dikutip dari Live Science, Rabu (24/5/2023).

1. Kehilangan otot

Gerakan menahan beban sangat penting untuk menumbuhkan dan memelihara otot. Dalam lingkungan tanpa bobot, otot menerima terlalu sedikit rangsangan dan mulai melemah dan memburuk dengan cepat.

Menurut NASA, astronot dapat kehilangan hingga 20 persen dari massa otot mereka saat menghabiskan sedikitnya lima hari dalam gaya berat mikro.

Kehilangan otot di luar angkasa terjadi terutama di bagian tubuh yang bertanggung jawab untuk berjalan dan menopang postur tubuh, seperti tungkai bawah dan batang tubuh.

Studi yang dipublikasikkan tahun 2021 di jurnal npj Microgravity menunjukkan fenomena terjadi akibat dari sel otot yang membuat lebih sedikit protein daripada degradasi serat otot yang ada.

2. Pengeroposan tulang

Kerangka manusia juga mengandalkan latihan menahan beban untuk mempertahankan massa dan kepadatannya.

Astronot dapat menderita keropos tulang puluhan tahun setelah menghabiskan enam bulan atau lebih di luar angkasa, yang membuat mereka lebih rentan terhadap patah tulang dan osteoporosis.

Contohnya, tulang di tungkai bawah dan tulang belakang lumbar dapat kehilangan hingga 1 persen massa per bulan yang dihabiskan seseorang di luar angkasa.

3. Masalah penglihatan

Mata tidak diragukan lagi adalah salah satu organ yang paling halus dan kompleks dalam tubuh manusia, jadi tidak mengherankan jika pergi ke luar angkasa dapat merusak mata dan indra penglihatan kita.

Misalnya, saraf yang memanjang dari bagian belakang mata dapat berubah dalam gayaberat mikro dan kemudian melengkung saat kembali ke gravitasi bumi.

Gaya gravitasi membantu menjaga bola mata pada posisi yang benar dan memungkinkannya berputar di rongga mata.

Namun dalam gaya berat mikro, gerakan mata ini mungkin terganggu. Peneliti memeriksa astronot yang ikut serta dalam misi jarak jauh di Stasius Luar Angkasa Internasional, sebelum dan sesudah penerbangan mereka.

Peneliti menemukan gayaberat mikro dalam waktu lama menyebabkan perubahan signifikan dalam akurasi dan kecepatan rotasi mata yang pada gilirannya dapat mengganggu kemampuan astronot untuk melacak objek secara visual.

Paparan mikrogravitasi yang terlalu lama juga dapat menyebabkan kondisi degeneratif yang disebut Spaceflight Associated Neuro-ocular Syndrome (SANS), gejalanya meliputi perataan bola mata, lesi putih pada lapisan mata paling dalam yang dikenal sebagai "cotton wool spot" dan kerusakan jaringan lainnya di berbagai bagian mata.

4. Sakit punggung

Astronot sering mengeluh sakit punggung setelah pulang dari penerbangan luar angkasa jarak jauh. Penyebab rasa sakit ini adalah gayaberat mikro dan pengaruhnya yang mendalam pada tulang belakang manusia.

Gravitasi bumi membuat tulang belakang tetap padat dan dalam bentuknya yang khas, sedikit melengkung. Dalam gayaberat mikro, tulang belakang memanjang dan agak lurus.

Misi luar angkasa yang singkat tidak mungkin menyebabkan kerusakan yang bertahan lama. Namun, tugas yang berkepanjangan dalam gayaberat mikro dapat melemahkan otot yang menopang tulang belakang mereka.

Selain itu menurut ulasan yang diterbitkan di jurnal Frontier in Phsiology, berada di gaya berat mikro dapat menyebabkan degenerasi cakram intervertebralis atau bantal penyerap goncangan yang terletak di antara tulang belakang.

5. Imunitas yang lebih rendah

Radiasi kosmik, gaya berat mikro, dan tekanan fisik serta mental secara keseluruhan dalam sebuah perjalanan luar angkasa dapat melemahkan sistem kekebalan astronot sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit sistemik.

Paparan gayaberat mikro dalam waktu lama dapat mengurangi jumlah dan fungsi makrofag, sejenis sel darah putih yang membunuh mikroba berbahaya dan mengatur aksi sel sistem kekebalan lainnya.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Life mengungkapkan pula lingkungan tanpa bobot dapat menyebabkan berbagai spesies mikroba menumbuhkan penyakit yang lebih parah dan kebal terhadap pengobatan.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/05/24/200000923/apa-saja-risiko-pada-tubuh-manusia-saat-di-luar-angkasa-bagian-1-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke