Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sains di Balik Kecanduan Pornografi

KOMPAS.com - Kecanduan pornografi mengacu pada ketergantungan emosional pada pornografi yang mengganggu kehidupan sehari-hari, hubungan, dan kemampuan untuk berfungsi.

Seseorang yang kecanduan pornografi mungkin menjadi tidak puas dengan kehidupan seksnya sendiri atau terlibat dalam perilaku berisiko, seperti menonton film porno di tempat kerja.

Saat ini, kecanduan pornografi masih menjadi isu yang kontroversial, dengan beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya kecanduan pornografi itu tidak ada.

Kenapa seseorang bisa kecanduan pornografi?

Meskipun masih diperdebatkan oleh para peneliti dan spesialis terkait penyalahgunaan pornografi dapat diklasifikasikan sebagai kecanduan, yang diketahui bahwa penyalahgunaan pornografi dapat mengakibatkan dampak negatif nagi kesehatan dan dapat menyebabkan kecanduan perilaku.

Dilansir dari Addiction Center, manusia rentan untuk membentuk kecanduan terhadap zat atau perilaku yang merangsang pusat dopamin otak, yang menyebabkan perasaan senang yang intens.

Narkoba, alkohol, video game, gula, dan pornografi dapat memicu pelepasan dopamin di otak. Saat seseorang mengalami orgasme, tubuhnya melepaskan hormon endorfin dan terjadi lonjakan kadar dopamin, yang menyebabkan orang tersebut mengalami perasaan senang.

Seseorang dapat memperoleh toleransi terhadap pornografi, seperti halnya alkohol atau narkoba, yang berarti mereka akan terus membutuhkan lebih banyak rangsangan dari waktu ke waktu untuk mencapai tingkat kesenangan yang sama. 

Kebutuhan yang terus-menerus akan rangsangan yang lebih banyak ini dapat membuat beberapa orang melakukan tindakan seksual yang berpotensi berbahaya dalam kehidupan nyata. 

Dopamin bukan satu-satunya bahan kimia di otak yang terpengaruh oleh pornografi. Bahan kimia lain yang dipengaruhi oleh pornografi termasuk norepinefrin, oksitosin, vasopresin, endorfin, dan serotonin. 

Saat diaktifkan oleh pornografi, kombinasi bahan kimia ini dapat menyebabkan sejumlah masalah, termasuk penyusutan lobus frontal.

Lobus frontal bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang rasional, jadi ketika penyusutan ini terjadi, kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang tepat pun mungkin berkurang.

Kecanduan pornografi masih kontroversial di kalangan peneliti

Sebagaimana telah disebutkan, tidak semua penelitian mendukung anggapan bahwa pornografi itu adiktif. 

Dilansir dari Medical News Today, sebuah studi tahun 2014 menekankan bahwa banyak penelitian tentang kecanduan pornografi yang dirancang dengan buruk dan bias. 

Para peneliti memperingatkan bahwa sedikit bukti yang mendukung hubungan kausal antara penggunaan pornografi dan efek berbahaya yang diklaimnya.

Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa di antara peserta yang melaporkan melihat rangsangan seksual visual yang berlebihan atau bermasalah, jalur kecanduan di otak justru tidak aktif.

Dalam kecanduan standar, otak menunjukkan peningkatan aktivitas saat terpapar zat adiktif, tetapi peserta yang bersangkutan justru menunjukkan penurunan aktivitas otak saat melihat rangsangan. Ini menunjukkan bahwa model kecanduan tipikal mungkin tidak berlaku.

Tanda-tanda kecanduan pornografi

Sebagian besar ahli setuju bahwa jika sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, Anda mungkin terlalu banyak menonton film porno.

Dilansir dari WebMD, berikut adalah beberapa tanda kecanduan pornografi:

  • Porno menjadi bagian penting dari hidup sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari 
  • Mengabaikan perawatan pribadi.
  • Kehilangan minat pada aktivitas lain.
  • Menjadi kurang tertarik pada pertemuan sosial.
  • Memengaruhi pekerjaan atau tugas sekolah.
  • Melihat atau menontonnya di tempat yang tidak pantas, seperti kantor atau sekolah.
  • Kehidupan seks mulai tidak memuaskan.
  • Tidak dapat berhenti melihat atau menonton film porno, bahkan saat mencobanya.
  • Tidak dapat berhenti menonton film porno, meskipun tidak terlalu menikmatinya.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/05/24/160000623/sains-di-balik-kecanduan-pornografi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke