Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Covid-19 Tren Jumlah Publikasi Bereputasi Menurun?

Berdasarkan data jumlah publikasi internasional terindeks Scopus (Q1 sd. Q4) sebelum dan sesudah pandemi Covid-19 yang diperoleh dari Scimago (https://www.scimagojr.com/) misalnya, memperlihatkan fakta menarik untuk dicermati.

Secara internasional, dari semua negara yang terdaftar (241 negara) jumlah publikasi internasional bereputasi yang terindeks Scopus justru memperlihatkan kenaikan yang signifikan setiap tahunnya, dari tahun 2016—2021.

Rerata total kenaikan jumlah publikasi pra-pandemi (2016—2019) mencapai 5,03 persen, dari 3.751.076 publikasi (2016) menjadi 4.346.377 publikasi (2019).

Sementara, rerata total kenaikan jumlah publikasi dalam kurun waktu dua tahun pasca-pandemi (2020—2021) justru mengalami kenaikan signifikan mencapai 6,84 persen, dari 4.593.514 (2020) menjadi 4.960.672 (2021).

Dengan kata lain, jumlah publikasi secara internasional dari masa pra-pandemi ke pasca-pandemi justru mengalami kenaikan sebesar 1,8 persen atau rerata 745.775 publikasi.

Namun, fenomena sebaliknya terjadi pada jumlah publikasi jurnal. Data memperlihatkan ada penurunan secara signifikan dalam lima tahun terakhir (2017—2021) mencapai rerata minus 5,31 persen per tahun, yaitu 34.766 jurnal (2017) menjadi 27.339 jurnal (2021).

Di kawasan negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Timor-Leste, pandemi Covid-19 tidak berdampak terhadap penurunan produktivitas publikasi ilmiah mereka.

Jumlah publikasi internasional bereputasi yang terindeks Scopus di negara-negara tersebut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, baik pada masa pra-pandemi hingga pasca-pandemi.

Jumlah publikasi hanya terjadi di Myanmar dari 1.062 publikasi (2020) menjadi 857 publikasi (2021), dan Laos dari 350 publikasi (2019) menjadi 342 publikasi (2020). Namun, kembali mengalami kenaikan pada tahun 2021 (357 publikasi).

Di Indonesia, penurunan jumlah publikasi juga hanya terjadi antara tahun 2020 (50.965 publikasi) ke tahun 2021 (49.350 publikasi).

Namun, dalam konteks publikasi di Indonesia, ada fenomena yang menarik untuk dicermati, dan mendukung penyataan Prof. Nizam.

Di satu sisi, jumlah publikasi internasional bereputasi secara kuantitatif memang mengalami kenaikan setiap tahunnya pada masa pra-pandemi (2016—2019) dengan kenaikan rerata 56,07 persen per tahun. Yaitu dari 12.706 publikasi (2016) menjadi 47.643 publikasi (2019).

Namun demikian, persentase kenaikan pertahunnya mengalami penurunan dari 69,91 persen (2016-2017) menjadi 35,84 persen (2018-2019).

Di sisi lain, pada masa pasca-pandemi (2020-2021), jumlah publikasi internasional bereputasi secara kuantitatif juga mengalami kenaikan 6,97 persen pada tahun 2020 (50.965 publikasi).

Tetapi tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 3,17 persen (49.350 publikasi), atau mengalami penurunan sebesar 5,07 persen.

Pertanyaannya adalah,“apakah penurunan jumlah publikasi tersebut merupakan dampak dari pandemi Covid-19 atau faktor lain?”

Hasil studi memperlihatkan temuan yang beragam. Covid-19 diakui memang berdampak pada penurunan aktivitas riset dan publikasi karena sejumah sebab.

Di antaranya, riset tidak bisa dilakukan karena peneliti tidak bisa hadir dan berinteraksi langsung dan dekat di lapangan/laboratorium (Redden, 2020).

Pada sebagian orang (peneliti), perubahan pola kerja dari Work from Office (WfO) ke Work from Home (WfH) menyebabkan penurunan produktivitas riset dan publikasi.

Bahkan, pandemi Covid-19 dianggap sebagai penyebab “a general slowdown in research and new knowledge production” (Abramo, 2022).

Yang pasti, covid-19 menjadi ladang riset baru yang sangat intensif, mampu menghasilkan puluhan ribu artikel yang dipublikasikan di banyak jurnal prestisius di dunia, serta mengundang ilmuwan dan peneliti dari berbagai disiplin keilmuan untuk saling berdiskusi mencari solusi terbaik untuk menanganinya (Harper, dkk., 2020).

Jika kita mencoba browsing melalui bantuan Google dengan kata kunci “effect of covid 19 on to research”, akan muncul sekitar 905.000.000 laman terkait dengan bahasan dan hasil studi tentang dampak covid-19.

Saat ini, pandemi covid-19 mulai berlalu. Kita tentu berharap kinerja riset dan publikasi di Indonesia mendapatkan kembali momentum yang pernah dicapai pada tahun 2017.

Saat itu, jumlah publikasi internasional bereputasi mengalami lonjakan yang sangat fantastis mencapai 21.589 publikasi dibandingkan tahun 2016 (12.706 publikasi) atau mengalami kenaikan hingga 69,91 persen.

“Di balik bencana, niscaya ada hikmah dan berkah”, blessing in disguise. Yang penting bagaimana kita menyikapi dan memaknainya secara positif.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/11/28/141205723/dampak-covid-19-tren-jumlah-publikasi-bereputasi-menurun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke