Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Baru Sebut Ular Piton Bisa Telan Mangsa Sebesar Rusa dan Buaya

Hal tersebut terungkap setelah peneliti melakukan penelitian terhadap ular Piton Burma (Phyton molorus bivittatus).

Mengutip Science Alert, Senin (3/10/2022) sebuah studi baru merinci bagaimana ular Piton Burma telah mengembangkan fitur unik, yang memungkinkan rahang mereka meregang cukup lebar untuk menelan mangsa hingga enam kali lebih besar daripada yang bisa dimakan oleh beberapa ular berukuran sama.

Sebagai informasi, Piton Burma merupakan salah satu ular berukuran besar yang mampu tumbuh hingga sepanjang 5 meter.

Terlepas dari kerakusannya, Piton Burma liar di habitat alaminya di Asia Tenggara, sebenarnya sangat rentan. Hal ini sebagian karena hilangnya habitat yang disebabkan oleh manusia.

Namun di Florida, tempat di mana mereka diperkenalkan di luar daerah asalnya, piton memusnahkan spesies asli dan merusak ekosistem dengan memakan hampir semua yang terlihat.

Dalam studi ini, Ian Bartoszek, ilmuwan lingkungan Conservancy of South Florida bersama rekan-rekannya pun kemudian meneliti lebih dekat ular piton, khususnya kemampuannya untuk memakan hampir semua mahluk yang ditemuinya.

Karena ular cenderung menelan mangsanya secara utuh, tanpa mengunyah terlebih dahulu, bukaan rahang menjadi faktor kunci dalam menentukan apa yang bisa mereka makan.

Tidak seperti rahang bawah manusia dan mamalia lainnya, tulang rahang bawah ular tidak menyatu tetapi hanya terhubung secara longgar dengan ligamen elastis. Hal tersebut memungkinkan mulut mereka terbuka lebih lebar.

Namun sementara rahang yang dapat diperluas mungkin merupakan standar untuk ular, ahli biologi evolusi University of Cincinnati Bruce Jayne menemukan, bahwa untuk membantu mulut mereka yang sudah besar terbuka lebih lebar lagi, piton rupanya mengembangkan fitur khusus.

Kulit super melar di antara rahang bawah mereka memililki tingkat elastisitas yang berbeda, memungkinkannya untuk melahap hewan yang bahkan lebih besar daripada rahang mereka.

"Kulit yang melar antara rahang bawah kiri dan kanan sangat berbeda pada ular piton. Lebih dari 40 persen dari total area menganga rata-rata berasal dari kulit yang melar," kata Jayne.

Untuk melihat bagaimana bukaan rahang ular dibandingkan dengan ukuran tubuh mereka, Jayne dan rekan-rekannya juga membandingkannya dengan ular pohon coklat (Boiga irregularis) yang ditangkap liar bersama dengan ular piton Burma.

Dengan mengukur ular serta mangsa potensial mereka, para peneliti dapat memperkirakan hewan terbesar yang bisa dimakan ular.

Selain itu juga peneliti dapat mengetahui manfaat relatif dari memakan pilihan mangsa yang berbeda, mulai dari tikus dan kelinci hingga buaya dan rusa berekor putih.

Data menunjukkan, bahwa ular yang lebih kecil memiliki lebih banyak keuntungan dari bukaan rahang yang membesar. Itu memungkinkan mereka memakan mangsa yang relatif lebih besar.

Artinya juga, bayi piton memiliki keuntungan daripada ular lain yang seukuran karena mereka dapat mengeksploitasi mangsa lebih luas.

Sementara bagi piton dengan ukuran tubuh yang lebih besar, tak hanya memiliki menu mangsa yang lebih beragam tetapi juga membantu mereka menjadi korban predator lain.

"Begitu ular piton mencapai ukuran yang wajar, cukup banyak buaya yang bisa memakannya. Begitu juga piton yang memakan buaya," papar Jayne.

Lebih lanjut, penelitian baru ini lebih banyak mencoba untuk memahami keinginantahuan biologis mengenai ular daripada mencari tahu bagaimana mengantisipasi efek ular piton Burma pada ekosistem.

"Ini tak akan membantu mengendalikan mereka, tapi bisa membantu memahami dampak dari spesies invasif seperti piton. Jika tahu seberapa besar ular dan butuh berapa lama untuk mencapainya, kita bisa menentukan batas atas sumber daya apa yang bisa dimanfaatkan ular itu," tambah Jayne.

Studi dipublikasikan di Integrative Organismal Biology.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/10/03/194125123/studi-baru-sebut-ular-piton-bisa-telan-mangsa-sebesar-rusa-dan-buaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke