Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Evolusi T-rex, Miliki Mata Super Kecil agar Punya Gigitan Kuat

KOMPAS.com- Tyrannosaurus rex adalah dinosaurus karnivora yang terkenal memiliki gigitan yang luar biasa kuat, sehingga mampu melumpuhkan dan menghancurkan tulang mangsanya. Evolusi T-rex, terutama pada matanya, ternyata menjadi rahasia dibalik kekuatan gigitannya.

Untuk mendapatkan gigitan yang begitu kuat itu, T-rex rupanya harus rela melakukan pertukaran evolusioner, yakni puas hanya memiliki mata yang kecil.

Berdasarkan analisis terhadap 410 fosil spesimen reptil dari periode Mesozoikum (252 hingga 66 juta tahun yang lalu) peneliti menyimpulkan bahwa T-rex dan pemakan daging sejenis lainnya berevolusi dengan mata yang lebih kecil dari waktu ke waktu.

Mata yang kecil ini kemungkinan untuk mengimbangi gigitan T-rex dan pemakan daging sejenis lainnya, supaya lebih kuat.

Secara khusus, karnivora dengan tengkorak yang lebih panjang dari 1 meter cenderung memiliki rongga mata yang memanjang seperti lubang kunci saat dewasa. Sementara herbivora dari segala usia memiliki rongga mata melingkar.

"Ini masuk akal. Saat predator tumbuh lebih besar, mereka akan beralih ke mangsa yang lebih besar sehingga membutuhkan kekuatan gigitan yang lebih besar untuk mengatasinya," ungkap Stig Walsh, kurator senior paleobiologi vertebrata di Museum Nasional Skotlandia yang tak terlibat dalam penelitian ini.

Sementara itu, dikutip dari Live Science, Jumat (12/3/2022) studi baru tentang evolusi mata T-rex ini mendukung gagasan bahwa otak dan organ sensorik seperti mata harus beradaptasi untuk mengakomodasi strategi makan hewan.

Dalam kasus ini, startegi makan berpusat di sekitar gigitan T-rex ini yang menghancurkan tulang. 

Untuk menganalisisnya, penulis studi Stephen Lautenschlager, ahli paleontologi vertebrata di University of Birmingham di Inggris menjelajahi literatur. Itu dilakukan untuk menemukan deskripsi tengkorak dinosaurus dan reptil yang berasal dari Mesozoikum.

Dari situ, ia memilih ratusan tengkorak dengan rongga mata yang terpelihara dengan baik serta beberapa tengkorak tidak lengkap yang rongga matanya dapat direkonstruksi.

Setelah membandingkan semua tengkorak, Lautenschlager melihat beberapa pola. Sebagian besar makhluk, terutama herbivora memiliki rongga mata melingkar.

Sementara pada karnivora berkepala besar memiliki rongga berbentuk oval dan lubang kunci. Hal itu pun terjadi pada T-rex.

Untuk memahami bagaimana evolusi bentuk rongga mata T-rex ini dapat mempengaruhi kemampuan dinosaurus karnivora tersebut untuk mengunyah tulang, Lautenschlager merancang tiga model komputer.

Model-model ini kemudian mengungkapkan bahwa selama gigitan simulasi, rongga mata berbentuk lubang kunci berubah bentuk jauh lebih sedikit daripada yang melingkar karena mereka mengarahkan kekuatan gigitan ke tulang yang kuat di belakang rongga mata.

"Bentuk lubang kunci mengurangi dan mengalihkan tekanan di tengkorak selama gigitan, jauh lebih baik daripada bentuk melingkar. Ini jelas merupakan adaptasi yang ditemukan di banyak karnivora besar di berbagai kelompok. Sesuatu yang berevolusi secara independen," kata Lautenschlager.

Sementara jika T-rex tak pernah mengembangkan bentuk mata yang memanjang, maka matanya akan memiliki berat hampir 20 kg dan berukuran 30 sentimeter.

Memiliki mata besar seperti itu akan sangat merugikan T. rex secara metabolik dan tidak akan sesuai dengan apa yang kita ketahui tentang otak dinosaurus.

Retina adalah hasil dari daerah otak yang disebut diencephalon, dan satu hal yang kita ketahui tentang predator besar seperti T. rex adalah bahwa ukuran otak mereka tidak mengikuti ukuran tubuh mereka saat mereka tumbuh.

Jadi jika ukuran mata T-rex sejalan dengan ukuran tengkorak secara keseluruhan, daerah otak yang berhubungan dengan penglihatan juga perlu tumbuh lebih besar.

Lebih lanjut, meski memberi petunjuk kuat mengenai ukuran mata secera keseluruhan, fosil tengkorak tak dapat mengungkapkan detail anatomi mata atau jaringan lunak terkait seperti saraf dan otot.

"Di sinilah kita menemui jalan buntu dalam paleontologi karena kita hanya bisa mengetahui sedikit tentang bentuk bola mata yang sebenarnya berdasarkan fosil tulang," kata Lautenschlager.

Itu mengapa dalam studi lanjutan, peneliti akan memperluas analisis bentuk mata dengan memasukkan burung yang merupakan satu-satunya keturunan dinosaurus yang masih hidup serta mamalia dengan gigitan kuat.

Studi evolusi mata T-rex dan gigitan kuat dinosaurus karnivora ini telah dipublikasikan di jurnal Communications Biology.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/13/190200123/evolusi-t-rex-miliki-mata-super-kecil-agar-punya-gigitan-kuat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke