Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mikroba dalam Gletser Berisiko Picu Gelombang Pandemi, Ini Kata Ahli

KOMPAS.com - Penelitian menunjukkan lebih dari 900 spesies mikroba yang belum terlihat sebelumnya, ditemukan hidup di dalam gletser di Dataran Tinggi Tibet.

Analisis genom mikroba mengungkapkan, beberapa di antaranya memiliki potensi untuk menelurkan pandemi baru, jika pencairan cepat yang disebabkan oleh perubahan iklim melepaskannya dari penjara es.

Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti dari Chinese Academy of Sciences mengambil sampel es dari 21 gletser di Dataran Tinggi Tibet, wilayah dataran tinggi di Asia di antara pegunungan Himalaya dan Gurun Taklamakan.

Selanjutnya, tim mengurutkan DNA organisme mikroskopis yang terkunci di dalam es, menciptakan basis data genom mikroba besar yang diberi nama katalog Tibetan Glacier Genome and Gene (TG2G).

Sebagai informasi, ini menjadi pertama kalinya komunitas mikroba yang tersembunyi di dalam gletser telah diurutkan secara genetik.

Hasil genetik menemukan 968 spesies mikroba beku di dalam es, mayoritas terdiri dari bakteri dan ganggang, archaea, serta jamur. Dari spesies tersebut, artinya sebanyak 98 persen benar-benar baru dalam sains.

Laporan penemuan potensi mikroba dalam gletser kemungkinan picu gelombang pandemi ini telah diterbitkan di jurnal Nature Biotechnology pada 27 Juni 2022.

Sementara itu, tingkat keragaman mikroba tidak terduga dikarenakan tantangan yang terkait dengan hidup di dalam gletser.

“Meskipun kondisi lingkungan ekstrem, seperti suhu rendah, tingkat radiasi matahari tinggi, siklus pembekuan-pencairan berkala dan pembatasan nutrisi, permukaan gletser mendukung beragam kehidupan,” ujar peneliti seperti dikutip dari Live Science, Selasa (5/7/2022).

Para peneliti belum mengetahui secara pasti umur mikroba tersebut. Tapi, penelitian sebelumnya menunjukkan kemungkinan mikroba telah terperangkap dalam es hingga 10.000 tahun.

Temuan ini bukan pertama kalinya terkait kelimpahan mikroba mengejutkan yang hidup di gletser Tibet.

Pada Januari 2020, sebuah tim yang menganalisis inti es dari satu gletser menemukan 33 kelompok virus berbeda yang hidup di dalam es dengan 28 di antaranya belum pernah terlihat sebelumnya.

Keragaman mikroba yang mengejutkan di dalam gletser, ditambah dengan peningkatan pencairan es glasial dikarenakan perubahan iklim, meningkatkan kemungkinan mikroba yang berpotensi berbahaya akan melarikan diri dan mendatangkan malapetaka.

"Mikroba patogen yang terperangkap dalam es dapat menyebabkan epidemi lokal dan bahkan pandemi, jika dilepaskan ke lingkungan," tulis peneliti.

Lebih lanjut, bukti menunjukkan bahwa beberapa bakteri yang baru ditemukan bisa sangat berbahaya bagi manusia dan organisme lain. Tim mengidentifikasi 27.000 faktor virulensi potensial, molekul yang membantu bakteri menyerang dan menjajah inang potensial, dalam katalog TG2G.

Para peneliti memperingatkan, sekitar 47 persen dari faktor virulensi ini belum pernah terlihat sebelumnya, sehingga tidak ada cara untuk mengetahui seberapa berbahaya bakteri tersebut.

Bahkan jika bakteri yang berpotensi patogen ini tidak bertahan lama setelah keluar dari gletser, masih dapat menyebabkan masalah. Bakteri memiliki kemampuan unik untuk menukar sebagian besar DNA-nya, yang dikenal sebagai elemen genetik bergerak (MGE), dengan bakteri lain.

Sehingga, apabila bakteri glasial mati tak lama setelah dicairkan, masih bisa menularkan beberapa virulensinya ke bakteri lain yang ditemui.

"Interaksi genetik antara mikroba gletser dan mikroorganisme modern ini bisa sangat berbahaya," tegas para ilmuwan.

Gletser Dataran Tinggi Tibet bisa menjadi titik panas untuk melepaskan pandemi di masa depan dikarenakan mengalirkan air tawar ke sejumlah saluran air termasuk Sungai Yangtze, Sungai Kuning, dan Sungai Gangga, yang memasok dua negara terpadat di dunia yaitu China dan India.

Adapun pandemi dapat menyebar dengan cepat melalui daerah berpenduduk padat, seperti yang terjadi selama pandemi Covid-19.

Kendati begitu, potensi masalahnya tidak hanya akan mempengaruhi Asia. Ada lebih dari 20.000 gletser di Bumi yang menutupi sekitar 10 persen dari daratan planet ini, dan setiap gletser kemungkinan memiliki komunitas mikroba uniknya tersendiri.

Pada April 2021, sebuah penelitian yang menggunakan citra satelit dari gletser, menemukan hampir setiap gletser di Bumi menunjukkan laju hilangnya es yang lebih cepat selama tahun 2000 dan 2019, yang meningkatkan risiko mikroba pemijahan pandemi dapat melarikan diri ke mana pun di planet ini.

Akibat pencairan gletser ini, para peneliti memperingatkan potensi risiko kesehatan dari mikroba-mikroba ini perlu dievaluasi, sebelum terbebas dari jeratan es. 

Kendati begitu, catatan genetik komunitas mikroba seperti katalog TG2G, dapat digunakan sebagai perangkat untuk bioprospeksi, menjelajahi sistem alami untuk menemukan senyawa baru yang berharga dan dapat digunakan dalam pengobatan, kosmetik, serta teknologi bermanfaat lainnya.

Tentunya hal ini membuat database seperti TG2G sangat penting, terutama jika spesies yang baru ditemukan punah di masa depan.

"Hasil yang sangat mungkin terjadi jika tidak dapat beradaptasi dengan perubahan di habitat bekunya," pungkas peneliti.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/06/110200523/mikroba-dalam-gletser-berisiko-picu-gelombang-pandemi-ini-kata-ahli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke