Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Cacar Monyet di Eropa Naik 3 Kali Lipat, Ini Kata WHO

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa kasus cacar monyet atau monkeypox, di wilayah Eropa meningkat tiga kali lipat selama dua pekan terakhir.

Kondisi tersebut membuat Kepala WHO untuk Eropa, Henri Kluge, meminta negara-negara untuk melakukan tindakan guna mencegah penyebaran virus cacar monyet.

Menurut laporan WHO, infeksi cacar monyet telah meningkat sejak 15 Juni 2022 lalu, dengan 4.500 kasus baru dikonfirmasi di 31 negara Eropa.

“Tidak ada ruang untuk berpuas diri terutama di sini, di kawasan Eropa, dengan wabah yang menyebar cepat setiap jam, hari dan minggu memperluas jangkauannya ke daerah yang sebelumnya tidak terdampak,” terang Kluge dilansir dari CNBC, Jumat (1/7/2022).

Diberitakan sebelumnya, WHO belum menyatakan status cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency International Concern (PHEIC), seperti yang berlaku pada Covid-19.

Kendati demikian, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berkata bahwa cacar monyet adalah ancaman kesehatan yang terus berkembang.

Oleh karena itu, dia mendesak pemerintah di setiap negara untuk meningkatkan pengawasan, pelacakan kontak, serta memastikan orang-orang yang berisiko tinggi untuk memiliki akses ke vaksin maupun antivirus.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kluge berkata bahwa WHO kemungkinan akan mempertimbangkan kembali apakah cacar monyet akan segera menjadi darurat kesehatan global.

Kluge pun memperingatkan agar otoritas kesehatan masyarakat di Eropa segera meningkatkan pengawasan cacar monyet dan kapasitas mereka untuk mendiagnosis penyakit sekaligus mengurutkan sampel.

"Orang yang berkontak dengan pasien cacar monyet perlu segera diidentifikasi untuk menghentikan penyebaran," ujarnya.

Otoritas kesehatan masyarakat, lajut dia, perlu menyebarkan informasi tentang pencegahan cacar monyet kepada kelompok berisiko tinggi dan masyarakat luas.

Selain itu, vaksinasi harus didistribusikan secara adil dengan memprioritaskan mereka yang paling berisiko untuk tertular penyakit itu.

"Hampir 10 persen pasien dirawat di rumah sakit untuk perawatan atau isolasi dan satu pasien berada di unit perawatan intensif. Tidak ada seorang pun di Eropa yang meninggal sejauh ini karena virus (cacar monyet)," ungkap Kluge.

Cacar monyet banyak dialami laki-laki

Menurut data WHO yang ada, 99 persen pasien cacar monyet di Eropa adalah laki-laki berusia antara 21 dan 40 tahun. Mayoritas pasien, berdasarkan informasi demografis, diidentifikasi sebagai laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.

Sayangnya, stigmatisasi pada kelompok tersebut di sejumlah negara telah mempersulit WHO untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang wabah cacar monyet.

Beberapa orang yang mengalami gejala cacar monyet mungkin menghindari pemeriksaan, karena takut akan konsekuensinya jika seseorang mengetahui bahwa mereka gay atau biseksual.

“Kami tahu dari pengalaman kami dalam menangani HIV bagaimana stigma lebih lanjut memicu wabah dan epidemi, tetapi membiarkan ketakutan stigma untuk mencegah kami bertindak mungkin sama merusaknya,” tutur Kluge.

Untuk diketahui, monkeypox merupakan keluarga virus yang sama dengan cacar namun memiliki gejala lebih ringan. Kebanyakan pasien sembuh dalam dua sampai empat pekan, tanpa perawatan medis khusus.

Penyakit cacar monyet kerap kali diawali dengan gejala yang mirip dengan flu, seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri tubuh, kedinginan, kelelahan, diare, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Kemudian, ruam yang terlihat seperti jerawat atau benjolan muncul di tubuh. Mereka yang memiliki ruam inilah yang berpotensi menularkan virus kepada orang lain.

Di samping itu, cacar monyet dapat menular melalui kontak fisik dekat dengan orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi seperti pakaian maupun seprai.

Virus juga bisa menyebar melalui tetesan pernapasan jika orang yang terinfeksi memiliki lesi di tenggorokan atau mulutnya.

Kluge menyampaikan, sebagian besar pasien di Eropa mengalami ruam, dan sekitar tiga perempat melaporkan gejala mirip flu.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan, beberapa pasien juga tercatat mengalami ruam di sekitar alat kelamin, atau anus sebelum menunjukkan gejala seperti flu. Sementara dalam kasus lain, pasien mengalami ruam tanpa gejala mirip flu sama sekali.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/04/110000923/kasus-cacar-monyet-di-eropa-naik-3-kali-lipat-ini-kata-who

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke