Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Kita Tertawa Saat Digelitik? Sains Jelaskan

KOMPAS.com - Ketika digelitik orang lain, kita kerap kali tertawa sebaga respons dari sensasi yang dirasakan tubuh tersebut. Sebagian besar orang juga akan merasa geli pada bagian tubuh seperti telapak kaki, pinggang, leher, hingga telinga saat disentuh.

Saat merasa geli akibat digelitik, biasanya langsung membuat orang tertawa terbahak-bahak, bahkan bisa sampai mengeluarkan air mata.

Misteri tubuh manusia ini memang merupakan pertanyaan besar, termasuk bagi para ilmuwan di dunia yang berusaha untuk menemukan jawabannya. 

Faktanya, dilansir dari Mental Floss, Rabu (16/7/2014) banyak orang menganggap gelitik sangat tidak menyenangkan. Lantas, kenapa geli membuat tertawa?

Untuk diketahui, ada dua jenis fenomena gelitik di antaranya:

  • Gargalesis, yaitu gelitik berat yang menghasilkan tawa, terutama pada area sensitif seperti ketiak dan perut.
  • Knismesis, yang disebabkan oleh gerakan ringan dan cenderung menimbulkan sensasi gatal dibandingkan rasa ingin tertawa.

Guna memperdalam alasan kenapa digelitik bisa bikin tertawa, para peneliti menggunakan mesin pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI).

Tim menemukan bahwa terdapat dua area otak, yang menciptakan sensasi menggelitik yaitu korteks somatosensori, area yang bertanggung jawab untuk menganalisis sentuhan.

Ada pula korteks cingulated anterior, yang terlibat dalam menciptakan perasaan menyenangkan.

Dilansir dari BBC Future, Senin (27/6/2022) saat disentuh, ujung saraf di bawah lapisan atas kulit atau epidermis mengirimkan sinyal listrik ke otak, meski hanya dirangsang oleh sentuhan ringan. 

Ketika kita digelitik, korteks somatosensori menangkap sinyal yang berkaitan dengan tekanan, kemudian korteks cingulated anterior juga menganalisis sinyal.

Studi fMRI lain menunjukkan, baik saat seseorang menertawakan lelucon maupun tertawa ketika digelitik mengaktifkan area otak yang disebut Rolandic Operculum. Area tersebut berfungsi untuk mengontrol gerakan wajah serta reaksi vokal dan emosional manusia.

Tertawa juga mengaktifkan hipotalamus -- area otak yang mengatur respons fight or flight yang aktif untuk mengantisipasi rasa sakit. Sehingga manusia mampu untuk bertahan atau menghindar, dari situasi yang dianggap mengancam. 

Temuan ini membuat beberapa ilmuwan percaya tertawa saat digelitik, bisa menjadi sinyal alami untuk menyerah pada penyerang. Ini juga menjelaskan mengapa kita mungkin langsung tertawa hanya karena ancaman digelitik.


Telah diketahui bahwa Anda tidak dapat menggelitik diri sendiri, karena otak mengetahui itu terlebih dahulu.

Sebab, cerebellum di bagian belakang otak memberi tahu bahwa Anda akan menggelitik diri sendiri, sehingga otak tidak menafsirkan sinyal dari gelitik secara otomatis.

Robert Provine, ahli saraf di University of Maryland, Baltimore County yang juga penulis buku Laughter: A Scientific Investigation, mengatakan tertawa saat menggelitik menciptakan ikatan antara bayi dan orangtua.

"Ketika orang mengatakan mereka benci digelitik dan tidak ada alasan untuk itu, mereka lupa bahwa itu adalah salah satu jalan komunikasi pertama antara ibu dan bayi,” ungkap Provine.

Fakta unik lainnya adalah manusia bukan satu-satunya makhluk yang tertawa saat digelitik. Sebab, hewan seperti kera besar dan tikus pun dapat cekikikan jika digelitik.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/01/070500823/mengapa-kita-tertawa-saat-digelitik-sains-jelaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke