Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Gunung Berapi Mempercepat Runtuhnya Dinasti China?

KOMPAS.com - Kekaisaran China punya sejarah yang panjang, setidaknya selama 4000 tahun, menjadikannya sebagai salah satu dinasti tertua di dunia.

Namun, kekaisaran China itu pun akhirnya runtuh. Peneliti menyebut, bahwa konflik ikut andil dalam bubarnya kekaisaran. Tapi kini, peneliti punya versi lain mengapa kekaisaran China bisa runtuh.

Mereka menemukan, bahwa letusan gunung berapi telah berkontribusi pada keruntuhan dinasati. Letusan ini disebut mendinginkan iklim dan memengaruhi produksi pertanian.

Suhu tanah yang lebih dingin yang disebabkan oleh awan asam sulfat yang menghalangi sinar matahari dan melemahkan hujan monsun dan akhirnya mengurangi hasil panen.

Hasil ini didapat setelah peneliti menganalisis inti es, untuk membandingkan bukti aktivitas gunung berapi yang eksplosif dengan peristiwa dalam sejarah China.

Dikutip dari Eoc, Sabtu (28/5/2022) rekan penulis studi Chaochao Gao, profesor di Departemen Ilmu Lingkungan di Universitas Zhejiang China menyadari bahwa perubahan dinasti telah terjadi di sekitar waktu letusan gunung berapi yang besar.

Untuk mengungkap hubungan tersebut, peneliti kemudian memeriksa inti es di Greenland dan Antartika.

Mereka kemudian menemukan terdapat 158 letusan dari 1 Masehi hingga 1915, beberapa tahun setelah jatuhnya dinasti Qing yang merupakan dinasti terakhir di China. Mereka juga menemukan pola tertentu dari letusan itu.

"Dalam beberapa penelitian kami sebelumnya, kami menemukan bahwa kekeringan parah atau banjir, kerusakan akibat embun beku, wabah belalang, terjadi pada tahun-tahun setelah erupsi," kata Gao.

Kami juga menemukan pengaruh signifikan dari letusan gunung berapi pada variasi ENSO [El Niño–Southern Oscillation], yang memberi umpan balik untuk memodulasi iklim monsun, yang penting untuk pertanian Tiongkok.

Hal tersebut pun membuat peneliti menyimpulkan, keruntuhan dinasti lebih mungkin terjadi pada tahun-tahun setelah letusan gunung berapi. Tetapi efeknya makin terlihat, terutama ketika sudah ada konflik sebelumnya.

"Hasil ini untuk pertama kalinya mengonfirmasi peran yang berulang dan sistem dari guncangan vulkanik, sebagai agen penyebab runtuhnya dinasti di salah satu peradaban terpadat dan tahan lama di dunia," tulis peneliti.


Temuan ini mungkin terdengar berlawanan, karena China sendiri hanya sedikit memiliki gunung berapi yang aktif dalam sejarah. Bahkan, sebagian besar gunung berapi pada periode yang diteliti memang tak aktif.

Sebaliknya, mereka menyebut bahwa aktivitas gunung berapi di Indonesia dan di Filipina lah yang secara signifikan memengaruhi suhu dan curah hujan di China.

Meski begitu, peneliti masih mempertanyakan, mengapa peristiwa gunung berapi besar seperti letusan Gunung Tambora justru tak berpengaruh pada perubahan dinasti dibandingkan dengan letusan yang lebih moderat.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa keruntuhan terjadi setelah letusan kecil hingga sedang," kata peneliti.

Sementara itu Fan Ka Wai, seorang profesor di Departemen Cina dan Sejarah di City University of Hong Kong yang tak terlibat dalam studi masih meragukan temuan ini.

"Saya tak percaya bahwa setiap gunung berapi yang meletus akan berdampak pada jatuhnya sebuah dinasti," katanya.

Namun terlepas dari itu, temuan tim tersebut relevan karena saat ini kerusuhan sosial dan perubahan iklim makin meningkat.

"Pada abad ke-20 dan ke-21, kita beruntung dapat menghindari letusan besar seperti yang dihadapi oleh banyak dinasti China selama 2 milenium terakhir. Tetapi yang berikutnya bisa terjadi kapan saja, di tambah dengan kemungkinan cuaca ekstrem dari perubahan iklim antropogenik," ungakap Ludlow.

Selanjutnya, ketidakstabilan sosial ekonomi akan memengaruhi tingkat dampak yang akan ditimbulkan oleh peristiwa letusan itu. Dan pada akhirnya semuanya kembali kepada kita untuk menentukan seberapa siap bisa menghadapinya.

Studi dipublikasikan di Communications Earth and Environment.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/29/090300823/benarkah-gunung-berapi-mempercepat-runtuhnya-dinasti-china-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke