Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Minum Obat Hipertensi Seumur Hidup Tidak Sebabkan Penyakit Ginjal, Ini Penjelasannya

KOMPAS.com - Pengobatan hipertensi adalah perawatan jangka panjang, untuk mengontrol tekanan darah agar tidak memicu penyakit tidak menular seperti jantung, ginjal, hingga stroke.

Meskipun tidak bergejala, pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi perlu meminum secara rutin obat yang diresepkan dokter.

Beberapa orang mungkin masih mempertanyakan apakah minum obat hipertensi merusak ginjal, atau menyebabkan penyakit ginjal.

Selain itu, ada juga yang beranggapan jika tensi menunjukkan angka normal, maka tidak membutuhkan obat hipertensi lagi.

Anggapan tersebut adalah sebuah kekeliruan, karena obat hipertensi dibutuhkan sepanjang orang itu memiliki riwayat darah tinggi untuk mengontrol kadar tekanan darah.

Hal itu disampaikan Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi sekaligus Advisory Board Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia Prof. dr. Rully M.A. Roesli, Sp.PD-KGH, PhD.

"Mendiagnosa hipertensi itu mudah, tapi terapi hipertensi itu sulit, karena banyak salah pengertian," papar Rully dalam webinar, Selasa (17/5/2022).

"Orang bilang 'kalau tensi saya udah normal, saya berhenti aja (minum obat)' enggak benar. Mungkin dosis dikurangi boleh, tapi enggak benar untuk berhentikan obat hipertensi," lanjutnya.

Dia menegaskan, bahwa bukan obat hipertensi yang dapat merusak atau menyebabkan penyakit ginjal, melainkan karena penyakit itu sendiri yang tidak dikontrol dengan baik.

"Jadi obatnya mau makan berapa aja enggak ada masalah dengan ginjalnya, tapi hipertensinya kalau tidak terkontrol, kamu tinggal milih mau stroke, gagal jantung, cuci darah, atau mau sehat," ungkapnya.

Oleh karena itu, Rully meminta masyarakat untuk selalu memeriksakan tekanan darah sejak dini. Asupan makanan yang terlalu banyak garam juga perlu dihindari, untuk meminimalkan risiko terkena hipertensi di kemudian hari.

"Jangan mengubah dosis obat sendiri, dan harus berdasarkan indikasi dari dokter yang menangani. Dan jangan kata tetangga obat ini baik, harus lihat dokternya," kata Rully.


Beberapa waktu lalu, Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr Aida Lydia, PhD., SpPD, K-GH, pun menyampaikan hal senada terkait obat hipertensi tidak menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Pasalnya, seseorang dengan hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol berisiko tinggi mengganggu fungsi ginjal, yang pada akhirnya bisa memicu penyakit ginjal kronik.

Bagi pasien penyakit ginjal kronik yang juga mengidap hipertensi ataupun diabetes, dianjurkan untuk tetap mengonsumsi obat, agar tetap bisa mengontrol penyakitnya.

"Masih banyak misinformasi di kalangan masyarakat kita yang dalam jangka panjang merugikan kesehatannya. Ada misinformasi tidak usah minum obat hipertensi atau obat diabetes karena obat kimia dapat merusak ginjal," ungkap Aida, Rabu (9/3/2022).

Lebih lanjut, dia berkata, memang ada sejumlah obat kimia yang memengaruhi fungsi ginjal.

Kendati demikian, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan obat yang tidak menganggu fungsinya.

"Prinsip utamanya setiap dokter memberikan obat pada seorang pasien dia sudah menimbang risk (risiko) dan benefit (manfaat), bahwa benefit-nya lebih banyak daripada risikonya," imbuhnya.

Sejumlah obat yang diketahui bisa menganggu ginjal, misalnya obat penghilang rasa nyeri (painkiller). Setiap obat penghilang rasa nyeri pun memiliki tingkat gangguan terhadap ginjal yang berbeda-beda.

"Jadi kalau memberikan painkiller harus dengan indikasi tertentu dan jangka pemberian yang terbatas. Yang sering terjadi adalah kadang pasiennya beli sendiri karena sudah tahu kalau beli obat ini (pereda nyeri) sakitnya hilang, lalu beli sendiri,"

Maka dari itu, Aida menyampaikan, konsumsi obat pereda nyeri harus berdasarkan pada resep dokter dan sesuai dengan kondisi pasien.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/19/170300623/minum-obat-hipertensi-seumur-hidup-tidak-sebabkan-penyakit-ginjal-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke